Tuesday, December 15, 2009

Atas Nama Cinta

Atas nama cinta. Dengan cara apapun, upayakan agar dalam hidup kita hanya ada satu kata cinta, “Cintailah Allah!” Jika kita mencintai Allah, maka Dia akan mencintai kita, dan memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk mencintai kita.

Bayangkan sejenak! Alangkah baik, indah dan nyamannya jika seluruh makhluk, baik makhluk yang tampak maupun makhluk ghaib yang tak kelihatan, semuanya mencintai diri kita. Semuanya akan mencintai kita jika berhak dimuliakan lantaran kita mencintai Allah, Tuhan kita dan Tuhan seluruh makhluk itu.

Dahsyatnya cinta suci ini dibenarkan Rasulullah SAW:

“Ketika Allah mencintai seorang hamba, Allah menyeru kepada malaikat Jibril, “Hai Jibril, sungguh Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia olehmu!” Jibril pun mencintainya. Kemudian Ia menyeru kepada seluruh penduduk langit, “Sungguh Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia oleh kalian!” Ia pun dicintai oleh penduduk langit. Setelah itu, ia diterima di muka bumi. Ketika Allah membenci seorang hamba, Allah menyeru kepada malaikat Jibril, “Hai Jibril, sungguh Allah membenci si Fulan, maka bencilah ia olehmu!” Jibril pun membencinya. Kemudian Ia menyeru kepada seluruh penduduk langit, “Sungguh Allah membenci si Fulan, maka bencilah ia oleh kalian!” Ia pun dibenci oleh penduduk langit. Setelah itu, kebencian diletakkan baginya di muka bumi” (HR Muslim dari Abu Hurairah RA).

Atas nama cinta. Cintailah Allah dengan sepenuh jiwa, agar Ia memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk mencintai diri kita. Agar dalam hidup kita penuh kemudahan, keindahan, kebahagiaan, kebaikan dan keselamatan...

Cinta kepada Allah adalah komoditas yang teramat mahal, tidak mudah meraihnya. Untuk mewujudkan hal itu perlu upaya dan kerja yang sungguh-sungguh takwa kepada Allah dalam keadaan apapun, mencintai Rasulullah berikut seluruh keluarganya, mencintai orang-orang shalih, menunaikan seluruh kewajiban, memperbanyak ibadah, rela berkurban untu kebaikan dan jihad fi sabilillah, menegakkan syariat Islam, dan seterusnya.

Untuk meraih cinta Ilahi, jangan lupakan faktor doa! Memperbanyak doa dapat memperlancar tercapainya cinta Allah. Berdoa dengan penuh cita dan sikap merendah (tadharru’) akan memuluskan jalanbagi tergapainya cinta Ilahi. Renungkanlah, Nabi Daud saja senantiasa berdoa memohon cinta kepada Allah:

“Di antara doa Nabi Daud alaihissalam adalah, “Ya Allah, sungguh hamba memohon cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang dapat mengantarkan hamba untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih hamba cintai daripada cinta hamba kepada diri hamba sendiri, keluarga, dan air dingin sekalipun.” (HR Tirmidzi dari Abu Darda, hadits hasan).

Seorang Muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka ia harus memprioritaskan cintanya kepada Allah, kemudian kepada Rasulullah dan jihad fi sabilillah.

Mencintai istri, anak, keluarga, keturunan, harta, pangkat, takhta dan lain sebagainya (yang halal dicintai), tentu boleh-boleh saja sepanjang posisi cinta tersebut di bawah cinta utama kepada Allah Azza wa Jalla:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (Qs Al-Baqarah 165).

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (Qs At-Taubah 24).

Di samping cinta, seorang yang telah berikrar dua kalimat syahadat harus memiliki sikap ridha (ar-ridha) dalam dirinya. Kita harus ridha kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menaati seluruh keputusan Allah dan Rasul-Nya.

Ridha kepada Allah itu harus dilakukan dengan sepenuh keridhaan, lahir-batin tanpa ada sedikit pun rasa ketidakpuasan kepada ketetapan-Nya. Karena dalam Al-Qur’an, Allah Azza wa Jalla menafikan iman seseorang sebelum ia ridha bertahkim kepada Rasulullah SAW (Islam) dan menerima keputusan beliau dengan sepenuh hati, tanpa ada sedikitpun rasa haraj (penolakan dalam hati). Bahkan penolakan (nafi) itu didahului dengan sumpah Allah dengan diri-Nya sendiri:

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya(Qs An-Nisa’ 5).

Atas nama cinta. Cintailah Allah dengan sepenuh jiwa, agar Ia memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk mencintai diri kita. Agar dalam hidup kita penuh kemudahan, keindahan, kebahagiaan, kebaikan dan keselamatan. [a. sunia ummu kulsum/voa-islam.com]

source: http://www.voa-islam.net/teenage/young-spirit/2009/12/06/1967/atas-nama-cinta/

~ Dengan namaNya aku hidup. InsyaAllah..

Sunday, November 29, 2009

Tips menjaga Iman

Berikut ini sejumlah tips praktis harian untuk memelihara grafik besar
iman untuk terus meningkat.

1. Kata Terakhir dan Kata Pertama. Pastikan bahwa " ALlah " adalah kata
terakhir yang terucap sebelum Anda terlelap, begitu juga kata yang pertama
terucap saat Anda terbangun. Mudah-mudahan cara ini akan mendorong Anda
untuk mengisi waktu diantara kedua saat itu dengan sebanyak mungkin
mengingat Dia.

2. Bangun Malam Hari. Hal pertama berwudhulah, dan shalatlah di malam hari
sendirian. " Umar ibn Khatab (semoga Allah meridhainya) selalu minta
disediakan secawan air di sebelah tempat tidurnya. Begitu terbangun,
tangannya di basahinya dan di usapkannya kewajahnya, langsung bangkit
berwudhu dan shalat.

3. BUkalah AL-Qur'an di tengah malam. Bacalah pelan-pelan di malam hari
sendirian, baca terjemahannya, resapi maknanya karena itu disampaikan
Allah khusus untuk Anda.

4. Bangunkan orang lain. Sebelum subuh bangunkan anggota keluarga Anda
yang lain dengan lemahlembut untuk melakukan hal yang sama dengan Anda.

5. Shalat Subuh berjama'ah. Bagi laki-laki shalat subuh di masjid
hampir-hampir wajib. Sampai Rasulullah berkata, untuk orang munafiq,
shalat berjama'ah di masjid yang paling berat adalah 'isya dan shubuh. Ada
saja alasan untuk menghindarinya. Bagi perempuan, shalat berjama'ah di
rumah pun baik.

6. Bacakan ayat dan hadist. Pilihlah satu ayat Al-Qur'an dan satu hadist
Rasulullah kepada orang-orang di rumah Anda sebagai hadiah di pagi hari.
Jadikan ayat dan hadist itu bahan obrolan pertama Anda sebelum berbincang
tentang hal lain.

7. Baca sirah Nabi. Usahakan membaca satu atau dua halaman sirah
Rasulullah di pagi hari untuk menambah kecintaan dan keshidiqan kita
kepada Muhammad Nabiyullah yang namanya kita sebut dalam syahadat Ke
Islaman kita.

8. Sebelum keluar rumah. Jangan lewati pintu rumah untuk berangkat bekerja
atau menuntut ilmu urusan lainnya, sebelum menyatakan tawakal kita hanya
kepada Allah dalam segala urusan. Ucapakan Bismillahittawakaltu'ala ALlahi
Laa Hawla wa laa quwwata illa billahi... Dengan nama Allah aku bertwakal
(menggantungkan semua urusannku) hanya kepada Allah, tidak ada kemampuan
kecuali dengan izin Allah.

9. Mendengar AL-Qur'an. Usahakan tetap mendengar lantunan Al-Qur'an
kemanapun Anda pergi hari ini, baik dari alat elektronik yang bisa Anda
setel, atau dari senandung Anda sendiri dari hafalan maupun bacaan anda.

10. 24 Jam doa. Ucapkanlah berbagai macam doa sehari - hari (mulai dari
doa masuk kamar kecil sampai doa berkendaraan) yang di ajarkan Rasulullah,
dengan niat hanya kepada Allah. Semakin kita tergantung hanya kepada
Allah. Semakin kita tergantung hanya kepada Allah dalam segala urusan,
semakin independen kita dari pengaruh manusia lain, siapapun dia, stinggi
apapun jabatannya tehadap kita, sebanyak apapun hartanya di bandingkan
dengan diri kita. Begitu Allah melihat bukti bahwa kita hanya bergantung
kepada-Nya, PASTI Dia akan mengangkat derajat kita di hadapan manusia
lain, dan memudahkan semua urusan kita.

11. Kegiatan Utamaku shalat. Aturlah Agenda harian Anda berdasarkan rotasi
5 waktu shalat. Rancanglah semua agenda kerja dan kegiatan sedemikian
rupa, yang membuat Anda sudah berada di tempat menunaikan shalat dalam
keadaan berwudhu minimal 15 menit sebelum adzan berkumandang. Rasakan
berkah demi berkah akan di limpahkan kepada Anda.

12. Wudhu Sempurna. Peliharalah wudhu Anda selama mungkin. Berwudhulah
dengan sempurna. PerhatikanLlah air yang menetes dari kulit wajah
danbagian - bagian tubug Anda, saksikan dosa-dosa Anda bercucuran besama
air itu.

13. Shalat terakhir. Laksanakan shalat seakan - akan itu shalat Anda yang
terakhir. Hadapkan tubuh anda lurus-lurus ke arah Ka'bah Baitullah.
Tundukkan jiwa Anda di hadapan Allah Pencipta dan Pemelihara Hidup Anda.
Ejalah satu demi satu bacaan shalat dengan kerendahan hati dan kehinaan
diri di hadapan Allah.

14. Berpuasa. Lakukanlah puasa sunnah sebanyak mungkin, karena orang yang
berpuasa doanya langsung di kabulkan Allah. Sedangkan doa adalah senjata
utama orang Mu'min.

15. Berinfaq dan bershadaqah. Apapun bentuk harta yang Anda miliki, itu
sepenuhnya hak Allah. Gunakan harta itu sesuai kehendak pemiliknya yang
sejati. Perbanyak Shadaqah dan berinfaq untuk menunjukkan kepada Allah,
bahwa harta yang ada pada kita sama sekali tidak mengganggu kesadaran
kita, " Bahwa ini semua milik Engkau ya Allah ".

16. Bersahabat. Bergaul dan bersahabatlah sebanyak dan sesering mungkin
dengan sesama orang yang memiliki iman. Dahulukan iman, ibadah, ilmu dan
amal shalih sebagai kriteria kita memilih atau tidak memilihnya menjadi
teman apalagi shabat karib. Bila bergaul dengan orang yang masih lemah
iman, atau bahkana kafir, pasanglah niat yang kuat, bahwa Anda bergaul
dengannya dengan tujuan membagi kelezatan iman yang sudah kita rasakan.
Kalau ditawari yang lezat-lezat dia menolak, ya tak usah buang - buang
waktu menjadi temannya. Karena kata Nabi, di akhirat kita akan di
hidupkan bersama dengan teman kita semasa hidup. Wallaahu a'lam
bishshawwab.

"sumber : majalah Alia"

source: http://ippmassi.4umer.com/islam-explorer-f19/tip-menjaga-iman-t506.htm

Tuesday, November 3, 2009

Memelihara kesucian hati sebagai penerima hidayah

Tajdid Iman:Oleh Dr Juanda Jaya

MENGINGATI mati boleh menghidupkan hati, menyuntik semangat untuk beramal lebih baik daripada kelmarin, menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah seterusnya menggugah hati untuk sentiasa bertaubat.
Membaca al-Quran, solat dan mengingati mati asas ummah capai ketenangan hidup

PENYAKIT berbahaya sehingga boleh menyuramkan masa depan seseorang ialah tekanan perasaan yang berpunca daripada hati sakit.
Seorang guru yang tertekan boleh bersikap kejam dan melampau dalam mendisiplinkan murid atau mungkin membiarkan mereka tanpa kawalan dan pengajaran.
Seorang pegawai yang seharusnya melaksanakan amanah dengan dedikasi apabila diserang penyakit hati akan mengambil kesempatan lari daripada tanggungjawab dan menangguhkan kerja sehingga menjejaskan jabatannya.
Seorang pemimpin di rumah atau di tengah masyarakat jika tidak bersih hati akan rosaklah apa yang dipimpinnya dan terabai amanah. Seorang isteri yang tercemar hatinya suka menyusahkan suami, mengabaikan anak dan mendedahkan diri kepada dosa dan maksiat.

Seorang yang sembahyang, puasa dan sedekah dengan hati yang berpaling daripada Allah, hatinya akan mati, kotor dan menyimpan penyakit serta sudah tentu ibadahnya tidak memberi kesan kepada keperibadiannya.
Pertanyaan paling mahal dan bernilai bagi seorang Mukmin ialah: “Apakah aku sudah kehilangan hati suciku hari ini? Mengapa? Kerana hati menjadi asas segala sesuatu yang bernama sebuah kehidupan.
Hidup ini tidak akan bermakna tanpa hati yang hidup.

Jika hati mati maka semua amalan yang dilakukan akan menjadi tempang, kerja mengejar dunia akan mengaburi pandangan ke akhirat dan ibadat pula hilang kemanisannya.
Fokus utama hati hanya akan terarah untuk memenuhi kehendak nafsu, padahal ia diciptakan untuk sentiasa memandang keagungan Tuhannya, menerima hidayah dan kemudian mengawal semua gerak kerja seluruh anggota badan semata-mata untuk keredaan Allah.
Namun demikian, hati juga diciptakan dengan ciri sensitif seperti mudah terpengaruh oleh persekitaran, mudah berubah, berbolak-balik, kadang tersesat dan kadang terpimpin.
Adalah menjadi tugas seorang Mukmin menjaga hatinya, merawat dan menghidupkan semangat iman di dalam hati.
Sahabat Rasulullah pernah menerima teguran langsung melalui wahyu-Nya, supaya mereka sentiasa mengurus hati dengan penjagaan baik agar ia dapat berfungsi dengan sempurna sebagai ejen penerima hidayah Allah.
Menurut pendapat Abdullah ibn Mas’ud, Allah menegur mereka pada saat mereka baru empat tahun memeluk Islam. Dengan firman-Nya yang bermaksud:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingati Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalu masa yang panjang atas mereka
lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Surah al-Hadid ayat: 16)
Apabila hati dibiarkan tanpa penjagaan, lama-kelamaan ia menjadi keras lalu membentuk benteng kukuh yang tidak dapat ditembusi cahaya hidayah Allah.
Terkunci mati dan menjadi sarang kejahilan dan kejahatan. Jika demikian keadaannya maka yang menjadi raja di dalam hati ialah iblis dan nafsu syahwat.
Hasilnya semua amal dan kerja berorientasi pada kemahuan keduanya. Kalau keadaan sebegini dibiarkan sepanjang masa, boleh jadi seseorang akan kehilangan hatinya.
Pernahkah anda melihat manusia yang tidak memiliki hati? Orang yang langsung tidak mahu mendengar apa kata hatinya akibat nurani bersih hasil limpahan ilham daripada Allah sudah tiada lagi. Kerana dia sendiri sudah meleburkan hatinya bersama kegelapan tanpa mahu menerima cahaya Ilahi.
Pada hakikatnya, cahaya menyinari hati bersumber pada tiga pancaran, iaitu cahaya al-Quran, sembahyang dan mengingati mati.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Imam Al-Ghazali, beliau berkata: “Carilah hatimu di tiga tempat. Pertama ketika membaca al-Quran, kedua ketika sembahyang dan ketiga ketika engkau mengingati mati. Jika pada tiga tempat itu kamu tidak menemukan hatimu maka mohonlah kepada Allah agar Ia memberimu hati kerana sesungguhnya kamu ketika itu tidak memiliki hati.”

Cahaya hati pertama – membaca al-Quran.
Kejayaan seseorang bergantung pada usahanya mengenal Allah, dan tiada jalan yang paling dekat untuk mengenal Allah selain mempelajari al-Quran.
Dunia hanya boleh direbut dengan kekuatan daripada Allah, tanpa bergantung kepada-Nya manusia tidak akan mendapat apa yang diimpikan.
Kejayaan itu ialah sejauh mana seseorang mengikat dirinya dengan Allah dengan ikatan kuat. Maka al-Quranlah yang menjadi ikatan antara hamba dengan Allah Taala. Melaluinya seseorang pandai memilih yang hak daripada batil, dia mengetahui jalan terang dan mengikuti petunjuk al-Quran. Meneroka dunia dan mengurus diri dan masyarakatnya melalui bimbingan wahyu.
Dia lahir menjadi manusia jujur, kuat bekerja dan memiliki misi yang jelas dalam hidupnya kerana diniatkan segala pekerjaannya itu sebagai ibadah kepada Allah.
Kalaupun seseorang itu malas, miskin dan suka menyusahkan orang lain punca pertama penyakitnya ialah kerana dia jahil, jauh daripada bimbingan al-Quran dan tidak mengenal Allah dengan lebih dekat.
Begitu pula kalau ada orang kaya dan berpangkat tetapi sengsara hatinya punca utama keadaan itu ialah jauhnya ia daripada Allah, merasa asing dengan ayat-ayatnya dan membiarkan diri terus menerus dalam kekeringan ilmu.
Kejayaan atau kegagalan itu bermula daripada usaha mengurus hati, mengenal Allah lewat kalam-Nya suci.

Cahaya hati kedua – mendirikan sembahyang.
Siapakah yang mahu berjaya dalam perniagaan; yang bercita-cita kariernya sentiasa naik ke puncak; mengimpikan pasangan hidupnya setia dan jujur; berharap anak-anak dan keluarga menjadi penyejuk matanya dan mahu sentiasa bergembira dan bahagia?
Semua itu hanya dapat dirasai dengan pertolongan Allah, yang memberi manfaat dan mudarat, membahagi dan mencabut rezeki bagi manusia, memberi petunjuk dan menyesatkan, mengatur segala urusan makhluk.
Siapa yang bergantung kepada selain Allah dia tidak akan mendapat faedah daripada pergantungannya itu.
Ibnu al-Qayyim Rahimahullah pernah berkata: “Ketika manusia bergantung kepada dunia, gantungkanlah dirimu hanya kepada Allah. Ketika manusia bergembira kerana dunia, jadikanlah dirimu bergembira kerana Allah.
Ketika manusia mencari bahagia dengan kekasih mereka, carilah bahagia dengan mencintai Allah dan ketika manusia pergi menghadap raja dan pembesar mereka pergilah menuntut hajatmu hanya kepada Allah.”
Sesungguhnya ibadah yang menghampirkan manusia kepada Allah dengan sedekat-dekatnya adalah sujud, permintaan tidak akan ditolak adalah doa ikhlas dan proses pembersihan dosa dilakukan terus menerus adalah sembahyang.
Apakah kejayaan seseorang itu bergantung kepada kualiti sembahyangnya? Mengapa tidak, jika sembahyangnya itu melahirkan akhlak yang mahmudah.
Sembahyang yang didirikan dengan sempurna syarat, rukun dan khusyuknya boleh diumpamakan stesen minyak yang bertugas mengisi kekosongan pada tangki kereta agar dapat meneruskan perjalanan hingga sampai ke destinasi yang dituju dengan selamat.’
Sembahyang adalah energi yang diperlukan untuk menghadapi perjalanan hidup mencabar.
Sembahyang berkualiti adalah yang boleh melahirkan jiwa yang reda sekali gus kuat berikhtiar semata-mata mahu berlumba-lumba melakukan amal salih dan membina kehidupan di dunia.
Namun demikian, dunia tidak akan memperdayakan orang khusyuk hatinya serta menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada Allah.
Sembahyang juga menjaga seseorang daripada ancaman perhiasan dunia yang melekakan, dan menjadi salah satu cara kita mengingati diri supaya pandai merancang hidup yang selamat di dunia sampai ke akhirat.

Cahaya hati ketiga – mengingati mati.
Antara tanda kebijaksanaan orang Mukmin ialah pandai merancang masa depan.
Bukan hanya pandai melipatgandakan harta dan membina istana tetapi jauh pandangannya hingga menembusi alam akhirat.
Pernahkah anda merancang bagaimana menghabiskan masa muda dan melewati masa tua dengan ketinggian ilmu dan persediaan amal, akhirnya merancang untuk mati dengan tenang?
Mengingati mati boleh menghidupkan hati, menyuntik semangat untuk beramal lebih baik daripada kelmarin, menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah seterusnya menggugah hati untuk sentiasa bertaubat.
Jika ramai manusia berlumba-lumba menghadiri pesta keriangan, memenuhi pasar dan mengunjungi tempat peranginan yang indah, tidak salah jika kita menjadikan ziarah kubur sebagai kegiatan rutin yang boleh mengingatkan diri kepada kematian.
Sebagaimana yang dilakukan Baginda Rasulullah lazim menziarah kubur dan mendoakan kaum Muslimin tidak kira siang ataupun malam.
Dengan membaca al-Quran, menunaikan solat dan sentiasa mengingati mati seorang Mukmin melakukan penjagaan yang rapi terhadap hatinya.
Bagaimanakah pula keadaan orang yang tidak memiliki ketiga-tiga cahaya hati ini?
Mungkin hidupnya begitu hampa, jika kaya pasti merana, miskin pula mungkin lebih terseksa, jika jahil tersesat, kalau alim ilmunya pula tidak bermanfaat.
wallahua'lam..

Saturday, October 31, 2009

Doa yang terlupakan

Akhirnya ku hanya memiliki-Mu
Dalam hidupku kini
Dan akhirnya hanyalah tentang diri-Mu
Yang meyakini setiap langkahku

Setelah aku menafikkan diri-Mu
Setelah aku meninggalkan-Mu

Ya Tuhan ku ampuni segala dosaku
Tunjukkan ku jalan kembali untuk-Mu
Ya Tuhan ku rahmati segala langkahku
Agar ku temukan indahnya cinta-Mu

Ku sadari hanyalah pada diri-Mu

Ku 'kan temukan cinta sejatiku
Ku sadari hanyalah tentang diri-Mu
Yang mendamaikan seluruh jiwaku ..

~ Ungu
source: http://kumpulan-lirik-lagu-indonesia.blogspot.com/2008/09/lirik-lagu-doa-yang-terlupakan-ungu.html

Sunday, October 25, 2009

(antara beberapa) Tips menjaga Iman













* this article is a little too "indonesian", but i think it's still graspable*

Jika iman naik turun sehari-hari itu biasa, asalkan, sebagaimana dicontohkan para sahabat, secara garis besar grafiknya menaik sampai puncaknya saat nyawa kita diambil kembali oleh Pemiliknya.

Artinya turun sedikit karena tidak disengaja ya apa boleh buat, istighfarlah karena pintu taubat Allah sangat luas. Namun sesudah itu, ‘ibadah dan ‘amal shalih harus dipacu dengan perbaikan yang melesatkan iman lebih tinggi dari sebelumnya.

Berikut ini sejumlah tips praktis harian untuk memelihara grafik besar iman untuk terus meningkat.

1. Kata terakhir dan kata pertama.

Pastikan bahwa ‘Allah’ adalah kata terakhir yang terucap sebelum Anda terlelap, begitu juga kata yang pertama terucap saat Anda terbangun. Mudah-mudahan cara ini akan mendorong Anda untuk mengisi waktu diantara kedua saat itu dengan sebanyak mungkin mengingat Dia.


2. Bangun malam hari.

Hal pertama berwudhulah, dan shalatlah dimalam hari sendirian. ‘Umar ibn Kahattab (semoga Allah meridhainya) selalu minta disediakan secawan air di sebelah tempatnya tidur. Begitu terbangun, tangannya dibasahinya dan diusapkannya ke wajahnya, untuk langsung bangkit berwudhu dan shalat.

3. Bukalah Al-Qur’an di tengah malam.

Bacalah pelan-pelan di malah hari sendirian, baca terjemahannya, resapi maknanya karena itu disampaikan Allah khusus untuk Anda.

4. Bangunkan orang lain.

Sebelum subuh bangunkan anggota keluarga Anda yang lain dengan lemah lembut untuk melakukan hal yang sama dengan anda.

5. Shalat subuh berjama’ah.

Bagi laki-laki shalat subuh di masjid hampir-hampir wajib. Sampai Rasulullah berkata, untuk orang munafiq, shalat berjama’ah di masjid yang paling berat adalah ‘isya dan subuh. Ada saja alasan untuk menghindarinya. Bagi perempuan, shalat berjamaah di rumah pun baik.

6. Bacakan ayat dan hadits.

Pilihkan satu ayat Al-Qur’an dan satu hadits Rasulullah kepada orang-orang di rumah Anda sebagai hadiah pertama di pagi hari. Jadikan ayat dan hadits itu bahan obrolan pertama Anda sebelum berbincang tentang hal lain.

7. Baca sirah nabi.

Usahakan membaca satu atau dua halaman sirah Rasulullah di pagi hari untuk menambah kecintaan dan keshiddiqan kita kepada Muhammad Nabiyullah yang namanya kita sebut dalam syahadat keIslaman kita.

8. Sebelum keluar rumah.

Jangan lewati pintu rumah untuk berangkat bekerja atau menuntut ilmu urusan lainnya, sebelum tawakkal kita hanya kepada Allah dalam segala urusan. Ucapkan Bismillahittawakkaltu ‘ala Allahi Laa Hawla wa laa quwwata illaa billahi.. Dengan nama Allah aku bertawakkal (menggantungkan semua urusanku) hanya kepada Allah, tidak ada kemampuan dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.

9. Mendengar Al-Qur’an.

Usahakan tetap mendengar lantunan bacaan Al-Quran kemanapun Anda pergi hari ini, baik dari alat elektronik yang bisa Anda setel, atau dari senandung Anda sendiri dari hafalan maupun bacaan Anda.

10. 24 jam doa.

Ucapkanlah berbagai macam doa sehari-hari (mulai dari masuk kamar kecil sampai doa berkendaraan) yang diajarkan Rasulullah, dengan niat dan tujuan menambah rasa ketergantungan kita hanya kepada Allah. Semakin kita tergantung hanya kepada Allah dalam segala urusan, semakin independen kita dari pengaruh manusia lain, siapaun dia, setinggi apapun jabatannya terhadap kita, sebanyak apapun hartanya dibandingkan dengan diri kita. Begitu Allah melihat bukti bahwa kita hanya bergantung kepada-Nya, PASTI Dia akan mengangkat derajat kita di hadapan manusia lain, dan memudahkan semua urusan kita.

11. Kegiatan utamaku shalat

Aturlah agenda harian Anda berdasarkan rotasi 5 waktu shalat. Rancanglah semua agenda kerja dan kegiatan sedemikian rupa, yang membuat Anda sudah berada di tempat menunaikan shalat dalam keadaan berwudhu minimal 15 menit sebelum adzan berkumandang. Rasakan berkah demi berkah akan dilimpahkan kepada Anda.

12. Wudhu sempurna.

Peliharalah wudhu Anda selama mungkin. Berwudhulah dengan sempurna. Perhatikanlah air yang mentes dari kulit wajah dan bagian-bagian tubuh Anda, saksikan dosa-dosa Anda bercucuran bersama air itu.

13. Shalat terakhir.

Laksanakan shalat seakan-akan itu shalat Anda yang terakhir. Hadapkan tubuh Anda lurus-lurus ke arah Ka’bah Baitullah. Tundukkan jiwa Anda di hadapan Allah Pencipta dan Pemelihara Hidup Anda. Ejalah satu demi satu bacaan shalat dengan kerendahan hati dan kehinaan diri di hadapan Allah.

14. Berpuasa.

Lakukan puasa sunnah sebanyak mungkin, karena orang yang berpuasa doanya langsung dikabulkan Allah. Sedangkan doa adalah senjata utama Mu’min.

15. Berinfaq dan bershadaqah.

Apapun bentuk harta yang Anda miliki, itu sepenuhnya hak Allah. Gunakan harta itu sesuai kehendak pemiliknya yang sejati. Perbanyak shadaqah dan berinfaq untuk menunjukkan kepada Allah, bahwa harta yang ada pada kita sama sekali tidak mengganggu kesadaran kita, “bahwa ini semua milik Engkau ya Allah.”

16. Bersahabat.

Bergaul dan bersahabatlah sebanyak dan sesering mungkin dengan sesama orang yang meiliki iman. Dahulukan iman, ibadah, ilmu dan amal shalih sebagai kriteria kita memilih atau tidak memilihnya menjadi teman apalagi sahabat karib. Bila bergaul dengan orang yang masih lemah iman, atau bahkan kafir, pasanglah niat yang kuat, bahwa Anda bergaul dengannya dengan tujuan membagi kelezatan iman yang sudah kita rasakan. Kalau ditawari yang lezat-lezat dia menolak, ya tak usah buang-buang waktu menjadi temannya. Karena kata Nabi, di akhirat kita akan hidup bersama dengan teman kita sesama hidup. Wallahu a’lam bishshawwab.

source: http://ramacipta.multiply.com/journal/item/7

Friday, October 23, 2009

Cinta dan Tawakkal ..


Oleh Dr. Mohd Asri Zainul Abidin
Saya menulis artikel ini dalam perjalanan dari Madinah menuju Mekah. Saya datang menyertai rombongan Majlis Agama Islam Perlis bersama dengan Yang Dipertuanya, Raja Muda Perlis. Setelah pulang dari United Kingdom, saya dilantik menjadi Ahli Majlis Agama Islam Perlis yang dahulu saya berada dalamnya atas kapasiti Mufti. Sekarang saya berada dalamnya atas individu saya sahaja. Majlis Agama Islam Perlis membuat lawatan kerja ke beberapa negara; Arab Saudi, Mesir dan Tunisia.
Rasanya hampir dua tahun saya tidak ke Madinah dan Mekah. Seperti orang lain, setiap kali masuk semula ke Madinah jiwa menjadi sayu, syahdu dan rindu. Tidaklah dapat digambarkan dengan bahasa dan bicara, perkataan dan tulisan. Ia satu perasaan yang menerjah ke setiap penjuru jantung dan urat nadi. Apa tidak, di sinilah tempat insan yang amat kita cintai yang namanya kita sebut saban, Muhammad SAW. Bagindalah pemimpin, baginda teladan. Kita ini rela menderita, rela dihina, rela dianiaya, rela dipersenda demi memenuhi cinta kepadanya dan agama yang dibawanya.
Kita akui jalan bagindalah jalan yang terbaik dan kita membenci setiap bidah yang cuba ditokok tambah, atau khurafat yang cuba dipalitkan kepada agama yang dibawa baginda, kerana hidup kita hanya mengiktiraf baginda sebagai rasul yang akhir.
Demikianlah Allah mengingatkan kita:
(maksudnya) Katakanlah (wahai Muhammad): Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani (Surah Ali-’Imran, ayat 31).
Kata al-Hafizd Ibn Kathir (meninggal 774H): “Ayat ini adalah pemutus kepada sesiapa yang mendakwa mencintai Allah tetapi tidak di atas jalan Muhammad. Maka sesungguhnya dia adalah pendusta atas apa yang didakwanya, sehinggalah dia mengikuti syariat Muhammad dan agama nabawi dalam semua perkataan, perbuatan dan hak ehwalnya seperti yang pasti dalam Sahih al-Bukhari daripada Rasulullah SAW: Sesiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak di atas petunjuk kita, maka dia ditolak” (Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-’Azim, 1/366, Beirut: Dar al-Ma’rifah).
Madinah
Walaupun Madinah telah berubah wajahnya dengan bangunan yang jauh lebih indah dan moden, tidak lagi seperti zaman baginda, namun cinta dan rindu tidak pernah dimamah sejarah dan tidak wajar berubah. Kita merindui Madinah bukan kerana bangunannya, tetapi di sinilah tempat perjuangan dan kehidupan insan yang kita cintai. Bak kata Qais yang dianggap gila kerana terlalu mencintai Laila: “Aku merentasi rumah Laila, aku mencium dinding-dindingnya, Bukanlah cintakan rumah itu merindukan kalbuku, tetapi cintakan penghuninya.”
Demikian Madinah, bukan kerana ia Madinah semata-mata, tetapi kerana sejarah perjuangan yang tercatat di dadanya. Rindu dan cinta bersalut dalam jiwa apabila mengenang di sinilah bumi pengorbanan dan perjuangan Rasul yang tercinta. Namun bagaimana mungkinkah cinta dan kasih itu akan lahir jika kita tidak mempelajari dan menghayati sirah perjuangan dan pengorbanan yang agung itu?!
Seperti yang saya pernah sebutkan, hidup ini adalah kembara merentasi benua yang mencabar. Ketakutan dan cabaran menghambat kita di mana-mana. Namun Allah menyediakan berbagai bekalan kekuatan yang jika dihayati, diselami dan dihirup ke dalam urat nadi akan menjadikan insan sabar dan yakin dalam meneruskan kembara ini. Antara bekalan yang disediakan ialah solat, terutama di qiyamullail. Esakan dan tangisan rintihan di malam yang sunyi adalah nikmat yang tidak gambarkan. Airmata rintihan dan pengakuan diri di hadapan Allah atas kelemahan dan dosa, juga pemohonan atau doa agar diberikan limpah kurnia, itu semua adalah kenikmatan yang tidak dapat difahami melainkan sesiapa yang merasainya. Dalam sebak tangisan itulah insan merasai nikmat menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Agung.
Itulah bekalan dalam merempuh cabaran dan dugaan hidup. Demikian juga Ramadan, kedatangannya selalu memberikan kekuatan baru dalam hidup ini. Tangisan dan esakan di kesunyian malam ketika sendirian, maka tanpa riyak dan ujub, membawa kekuatan kepada diri insan dalam menerusi agenda perjalanan hidup. Begitulah juga, haji dan umrah. Segalanya apabila ditunaikan dengan jiwa yang merendah kepada Allah, lidah yang memohon ampun dan kurnia, ia adalah bekalan kekuatan yang maha ajaib. Hidup ini jika Allah bantu keajaiban akan berlaku. Percayalah kepada doa dan tawakal, di samping berusaha menurut prinsip-prinsip agama. Apabila Allah menolong kita tiada siapa lagi yang dapat melakukan apapun. Pertolongan dan kurnia Allah itu boleh menjelma dalam berbagai rupa dan bentuk, cuma kita yang selalu jahil untuk memahami kemakbulan doa yang pernah diminta.
Ungkapan
Banyak ungkapan doa yang mengandungi erti yang hebat yang diajar oleh Rasulullah SAW. Tidak perlu ajaran tarekat yang sebahagiannya mencipta wirid dan zikir rekaan, sehingga melupai keindahan wirid dan doa yang sahih yang diajar oleh Rasulullah SAW. Antara ungkapan doa yang amat menarik jiwa saya ialah doa yang baginda SAW ajar:
Ya Haiyyum, Ya Qayyum, dengan rahmatMu daku memohon pertolongan. Baikilah seluruh urusanku, dan janganlah Engkau serahkan diriku ini kepadaku walaupun sekelip mata, (Riwayat al-Nasai, dinilai sahih oleh al-Albani).
Setiap kali ada kesempatan yang baik, di tempat yang baik dan di waktu yang baik, saya sering mengulangnya, walaupun entah kali ke berapa seratus atau ribu sekalipun. Ya! Jika Allah yang menguruskan urusan kita, tentu aturan yang ditentukan itu akan begitu hebat merentasi andaian mana-mana insan. Namun jika hidup ini hanya bergantung kepada orang lain, kita sering menjadi mangsa. Jika bergantung kepada diri semata, banyak perkara yang kita akan gagal mengendalikannya. Namun, apabila kita serahkan agar Allah membantu, tanpa ditinggalkan kita walaupun sekelip mata, keajaiban hidup akan berlaku. Usaha adalah tuntutan kehidupan, namun tawakal yang sebenar adalah jaminan kekuatan dan kesejahteraan. Allah boleh mengatur perjalanan ini apa yang disangka tewas oleh manusia, tetapi kejayaan yang berlaku, apa yang disangka kecewa oleh manusia, tetapi kebahagiaan yang memenuhi jiwa.
Ajaibnya cinta, ajaibnya tawakkal. Semoga Allah tidak meninggal kita semua dalam merentasi kehidupan ini!
- Penulis ialah bekas mufti perlis.

Thursday, October 22, 2009

Mengingati Awal dan Akhir Manusia di Arafah.

*an entry sempena musim Haji 1430H.*
Manusia dilahirkan ke dunia. Hidup di dalamnya. Berbuat dosa dan meraih pahala di atasnya. Suatu saat nanti, manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Disana, tidak akan ada perbedaan warna kulit, suku, etnis, ataupun status sosial. Semua dikumpulkan untuk menunggu perhitungan akan amal ibadah mereka. Yang akan selamat, adalah mereka yang bertakwa.
Awal dan akhir manusia ini adalah perenungan penting dalam melakukan rukun utama ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah. Begitu pentingnya ibadah yang berakhir pada Hari Raya Idul Adha ini, sampai Rasululah SAW bersabda, ‘Al-Hajju Arafat!’ yang berarti, Haji adalah Arafah. Tidak sah ibadah haji tanpanya.
***
Awal
Ketika Nabi Adam diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, Malaikat berkeberatan, menilai manusia hanya akan membuat kerusakan di dalamnya. Namun kemudian Allah SWT mengajarkan nama-nama kepada Nabi Adam, dan beliau mampu menyebutkannya kembali dengan lengkap. Maka malaikat pun bersujud kepadanya.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan ia menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)
Sayangnya, setelah Allah SWT menciptakan Hawa sebagai teman Adam, mereka berdua terperdaya hasutan syetan dengan memakan buah khuldi yang diharamkan. Allah SWT lantas menyuruh mereka berdua turun dari surga.
“Kami berfirman, ‘Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Al-Baqarah: 38)
Di bumi, Adam dan Hawa terpisah begitu jauhnya sampai akhirnya bertemu di perbukitan kecil Jabal al-Rahmah di Arafah, yang berada pada ketinggian 750 kaki di atas permukaan laut. Selama berabad-abad, Arafah adalah padang pasir yang tandus tanpa tumbuhan. Pemerintah Arab Saudi sekarang ini berusaha menghijaukannya dan memasang semprotan air untuk meredam suhu panas sehingga tidak terlalu terik.

pic: Jabal Rahmah, Makkah Al-Mukarramah.
Di atas pasir-pasir gurun ini, Bapak dan Ibu umat manusia ini bertaubat kepada Allah SWT. Memohon ampun atas kekhilafan dan kesalahan. Allah SWT menerima taubatnya. Dengan rahmatNya, kemudian Adam dan Hawa berkeluarga dan menciptakan kehidupan sosial pertama di dunia.
Selama melakukan wukuf, jemaah haji yang berada dianjurkan untuk merendahkan hati dan memohon ampun atas setiap kesalahan. Dalam pertaubatan tersebut, para jemaah merenungi sejarah penciptaan. Untuk tujuan apa manusia diciptakan. Sehingga dalam hati mereka tercipta pertanyaan, “Apakah itu yang sudah saya laksanakan?”
***
Akhir
Wukuf di Arafah merupakan simulasi untuk berkumpulnya manusia di Padang Mahsyar nanti. Para jemaah tidak boleh mengenakan pakaian selain kain berwarna putih yang tak terjahit. Menandakan kesederhanaan dan kebersihan di hadapan Allah SWT. Di Padang Pasir yang panas dan gersang tersebut, para jemaah hadir sebagai bentuk kepatuhan mutlak kepada Allah SWT.
Wukuf artinya berdiam diri. Maka Wukuf di Arafah artinya adalah berdiam diri di Arafah selama beberapa waktu. Waktu dimulainya wukuf adalah 9 Dzulhijjah dan berakhir pada Hari Raya Idul Adha, tepatnya setelah matahari tergelincir sampai menjelang pagi hari. Waktu-waktu tersebut digunakan untuk berdoa dan membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya.
Puncak ibadah ini adalah Khutbah Wukuf. Isinya tidak pernah berganti, yaitu khutbah Rasulullah SAW pada saat beliau menjalankan Haji Wada’ (Haji Terakhir) pada Tahun 10 Hijriyah. Tidak kurang dari seratus ribu jemaah ikut dalam rombongan tersebut.
Rasulullah yang kala itu berpidato dari atas untanya, mengawalinya dengan menyeru “Wahai Manusia!” yang berarti, khutbah ini ditujukan untuk seluruh manusia, bukan umat Islam semata. Lalu Nabi SAW menyampaikan sebuah pesan kemanusiaan yang universal:
"Wahai manusia, Tuhanmu hanyalah satu dan asalmu juga satu. Kamu semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Keturunan, warna kulit, bangsa tidak menyebabkan seseorang lebih baik dari yang lain. Orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling takwa. Orang Arab tidak lebih mulia dari yang bukan Arab, sebaliknya orang bukan Arab tidak lebih mulia dari orang Arab. Begitu pula orang kulit berwarna dengan orang kulit hitam dan sebaliknya orang kulit hitam dengan orang kulit berwarna, kecuali karena takwanya.”
Beliau juga menegaskan bahwa sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya, dirampas hartanya, dan dicemarkan kehormatannya. Khusus untuk kaum wanita, Rasulullah berpesan kepada para laki-laki, "Aku wasiatkan agar kalian mempertahankan kaum wanita dengan sebaik-baiknya."Yang merupakan suatu bukti, bahwa Islam mendudukkan wanita dalam posisi yang mulia.
semoga mereka2 yang telah/akan pergi menunaikan haji di kurniakan dengan kemudahan utk menjalankan ibadah serta mendapat haji yang mabrur..Amin :)
(doakan aku dpt pegi haji secepat mungkin gak!!)

Thursday, October 15, 2009

Erti Sebuah Pengorbanan.. :)

Selang beberapa hari kita bakal menyambut Aidul Adha…satu perayaan kebesaran bagi kita umat Islam untuk memperingati satu pengorbanan agung seorang Rasul demi mendakap CINTA TERAGUNGnya buat ALLAH ESA….tanpa menghiraukan kasih yang amat mendalam terhadap anaknya diturutkan saja perintah ALLAH tanpa rasa ragu2 malah penuh yakin meneruskan titah Pencipta…dan si anak pula dengan meredhai dengan penuh ketulusan akan takdir ALLAH yang diperintahkan ke atasnya……Maha Suci ALLAH betapa sebenarnya aku terlalu mengagumi kedua-dua insan mulia ini…andai aku berada ditempat mereka mampukah aku menjadi seredha dan setabah itu….

Manifestasi daripada sejarah ini merupakan satu pengajaran yang begitu bermakna dan mengajar bahawa hidup ini tidak terlepas dari dugaan dan pengorbanan….setiap daripada kita pasti menghadapi dugaan dan menghadapi saat2nya kita perlu berkorban sama ada harta benda,wang ringgit, jiwa, perasaan dan hati kita sendiri…dan pegorbanan ini adalah dilakukan untuk sesuatu yang kita sayang dan cintai demi menterjemahkan rasa cinta yang mendalam buat mereka yang kita sayang…….sama ada sesuatu pengorbanan itu untuk ALLAH,Rasul,ibu dan ayah, keluarga, saudara mara, sahabat taulan mahupun buat sesiapa sahaja yang sentiasa dekat di hati kita…seperti lagu yang pernah dilaungkan oleh Tan Sri P.Ramlee…”berkorban apa saja , harta atau pun nyawa itulah kasih mesra sejati dan mulia….”

Ya….sememangnya pengorbanan yang didasari keikhlasan tanpa mengharapkan balasan itu sememangnya sesuatu yang mulia lagi terpuji dan seharusnya ada dalam hati setiap dari kita yang bergelar insani…….

Ana sebenarnya suka untuk menterjemahkan makna pengorbanan ini lebih kepada pengorbanan kita untuk menolak keinginan hati demi mendamba keredhaan ALLAH…sedar atau tidak kita sebenarnya sering alpa dalam memenuhi kehendak hati kita sehingga kadang2 kita mengabaikan jalan2 yang menghampirkan kita pada ALLAH…ana bercakap ini adalah sekadar memperingati diri ana sendiri juga sahabat2 di persinggahan sementara ini agar melihat sejauh mana pengorbanan kita pada ALLAH dalam melawan kehendak nafsu mazmumah yang sentiasa mengekori kita daripada menghampiri kepada keredhaan ALLAH….seperti sabda Nabi “peperangan dengan hawa nafsu itu adalah lebih dahsyat daripada peperangan Badar”…nah sahabat2 semua, nabi sendiri telah memperingatkan kita bahawa nafsu itu sukar untuk kita atasi tetapi ingat kita di bekalkan dengan iman dan akal untuk kita menilai yang mana kebaikan dan yang mana kejahatan…

Ya memang diakui jiwa muda kita sentiasa inginkan keseronokan tp ingat duhai sahabat dunia hanya persinggahan cukupkah bekalan kita untuk bertemu Tuhan andai takdir umur kita hanya untuk esok sahaja????…ayuh kita jadi pemuda dan pemudi kebanggaan Rasulullah kerana berjaya melakukan pengorbanan walaupun tidak sehebat Nabi Ismail namun kita masih mampu menjadi golongan muda yang sedia berkorban apa sahaja di usia ini demi untuk mendamba cinta dan redha ALLAH…

Alangkah indah andai kita mampu berkorban untuk mengatakan tidak pada sesuatu yang bakal mengundang kemurkaan ALLAH dan bakal jauh dari keberkatanNYA agar diri tidak jauh dari ALLAH…di situ sudah terpancar pengorbanan kita…

Contonya…bukan dituju pada sesiapa cuma sekadar peringatan buat diri ini agar tidak berulang kesilapan lagi….bilamana diminta cintamu dari seseorang kabarkan padanya “aku bimbang kehilangan CINTA AGUNG itu buat kali kedua bilamana dulu aku pernah kehilanganNYA dan aku tidak tegar untuk kehilanganNYA sekali lagi…” alhamdulillah andai ini yang ada dalam hati setiap dari kita yang mengakui ingin mencintai ALLAH pasti pertolongan itu ada untuk menguatkan hati kita walaupun kadang kala jerit rasa mengundang keinginan untuk mengapai salam kasih manusia itu…..namun janji buat ALLAH lebih perlu diutamakan kerana ketenangan pasti tidak berulang andai jalan itu di pilih sekali lagi……

fitrah manusia memang memerlukan kasih sayang dan sememangnya kita dijadikan berpasangan tetapi bagaimana kita membawa perjalanan kasih sesama kita itulah yang menentukan keberkatan dan keredhaan abadi sebenarnya….semoga pengorbanan kita uintuk mendamba cinta ALLAH akan sentiasa dipandang dan diberi perhatian oleh ALLAH dan diakhir insyaALLAH dengan izinNYA jua pasti CINTA TERAGUNG itu akan kita genggami sehinnga dipertemuan yang abadi………………….

DEDIKASI untuk ‘Dia’ yang memahami dan tidak pernah berputus asa walaupun reaksi ana mengundang byk soal tanya…terima kasih kerana memahami perjuangan ana untuk mendamba redha ALLAH dan terima kasih kerana tidak terusan memaksa ana…kesabaran dan keikhlasan itu insyaALLAH moga dilihat oleh ALLAH…andai takdir itu milik kita pasti akan ada jalannya dan kita tidak perlu mengejarnya sehingga melupakan kasih yang lebih utama…dan buat sahabat2 di daerah perjuangan ini terima kasih kerana terus bersama ana dan tidak henti2 menhembuskan semangat untuk ana memperjuangkan cinta ini…doakan perjalanan kita menemui penghujung yang kita cari iaitu bertemunya CINTA HAKIKI…walaupun ana tahu pasti dugaan tidak akan berhenti kerana CINTA INI ada nilai yang tinggi dan ianya bukan sekadar mimpi tp pasti realiti………………

Salam Pengorbanan,
AL_ADAWIYAH


* setiap manusia pasti pernah melakukan pengorbanan dari pelbagai jenis- dari sekecilnya2 sehingga sehebat2nya. Namun tiada pengorbanan yang lebih agung selain pengorbanan untuk Allah, atas nama Allah.. InsyaAllah Allah akan membalas pengorbanan itu dengan perkara yang lebih baik. Amin..

Wednesday, October 14, 2009

..



Amalan disarankan Rasulullah pada Zulhijjah

Oleh Dr Engku Ahmad Zaki

ZULHIJJAH adalah bulan kedua belas di dalam kalendar Islam hijrah dan satu bulan haram selain dari Muharam, Rejab dan Zulkaedah. Kelebihan bulan mulia ini disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya yang bermaksud: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan dalam Kitab Allah semasa Dia menciptakan langit dan bumi, antaranya empat bulan yang dihormati

Demikianlah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan itu; dan perangilah kaum kafir musyrik seluruhnya sebagaimana mereka memerangi kamu seluruhnya; dan ketahuilah sesungguhnya Allah berserta orang yang bertakwa. (Surah at-Taubah, ayat 36).

Zulhijjah bermaksud yang memiliki haji kerana ibadah haji ditunaikan di dalam bulan berkenaan. Amalan mulia ini dilakukan oleh Nabi Allah Ibrahim dan diteruskan oleh anak cucunya daripada keturunan Nabi Ismail berlanjutan hingga zaman Rasulullah. Kemuncak ibadah haji adalah pada hari Arafah iaitu hari kesembilan Zulhijjah yang digambarkan sebagai perhimpunan besar umat Islam yang teragung, lambang kesatuan akidah dan perpaduan, tanpa mengenal batasan pangkat dan harta, kesemuanya mengharapkan keredaan Allah.

Zulhijjah ini menghimpun pelbagai kelebihan dan keistimewaan yang disediakan oleh Allah bagi Muslim yang mengharapkan keredaan dan pengampunan Allah. Rasulullah bersabda yang bermaksud: Tiada suatu hari pun amalan kebaikan padanya mempunyai kelebihan melainkan pada hari ini, iaitu sepuluh hari Zulhijjah.

Sahabat Baginda bertanya: Apakah juga (pengecualian itu) termasuk jihad pada jalan Allah? Ujar Baginda: Tidak juga (termasuk) berjihad pada jalan Allah kecuali bagi sesiapa yang keluar dengan jiwa raga dan hartanya dan tidak membawa pulang apa-apa pun. (Hadis riwayat al-Bukhari).

Dalam hadis lain, Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud: Tiada suatu hari pun, amalan kebaikan padanya mempunyai kelebihan melainkan pada hari sepuluh Zulhijjah ini, oleh kerana itu perbanyakkan ucapan tahlil (La Ilaha Illallah), takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdulillah). (Hadis riwayat Imam Ahmad).

Dalam pada itu, Rasulullah tidak ketinggalan menyatakan beberapa amalan yang sangat dianjurkan pada bulan ini, antara lain adalah:

l Menunaikan ibadah haji dan umrah sebaik-baik amalan.

l Berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, terutamanya pada hari Arafah. Lebih-lebih lagi, puasa di antara amalan yang afdal dan amat disukai Allah sendiri. Rasulullah bersabda bermaksud: Puasa pada hari Arafah dengan penuh pengharapan keredaan Allah akan menghapuskan (dosa) setahun yang lalu dan setahun yang mendatang. (Hadis riwayat Muslim)

l Bertakbir (Allahu Akbar) dan membasahkan lidah dengan pelbagai jenis zikir pada sepuluh hari Zulhijjah. Firman Allah yang bermaksud, (Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang termaklum). (Surah al-Haj, ayat 28).

Disyariatkan juga bertakbir pada hari yang mulia itu sama ada waktu siang atau malam terutamanya selepas menunaikan solat fardu (dikerjakan secara berjemaah). Bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji, takbir bermula dari waktu Subuh hari Arafah dan bagi yang menunaikan haji, takbir bermula pada waktu Zuhur Hari Raya Haji pertama iaitu pada 10 Zulhijjah. Kesemuanya berakhir pada waktu Asar pada hari ke-13 Zulhijjah.

l Bertaubat dan seterusnya meninggalkan segala perkara maksiat dan dosa. Dalam masa yang sama, memperbanyakkan amalan baik dengan tujuan mencapai keampunan dan rahmat Allah.

Hal ini kerana maksiat adalah punca jauh dan terhindarnya seorang hamba daripada rahmat Allah, manakala ketaatan pula adalah punca dekat dan kasihnya Allah kepadanya. Dalam hal ini, Rasulullah bersabda yang bermaksud: Sesungguhnya Allah cemburu (tidak suka) apabila seseorang hamba-Nya melakukan perkara yang ditegah-Nya (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

l Memperbanyakkan amalan salih terutamanya amalan sunat yang sangat dianjurkan seperti solat sunat, bersedekah, berjihad, membaca al-Quran, menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan sebagainya kerana kesemua amalan yang dilakukan pada hari berkenaan dilipatgandakan ganjarannya di sisi Allah.

Walau sekecil mana sekalipun amalan itu dilakukan tetapi ia lebih disukai Allah jika dibandingkan pada hari lain. Begitu juga amalan yang besar seperti berjihad pada jalan Allah yang dikategorikan di antara amalan paling afdal, namun ia tidak dapat mengatasi kehebatan ganjaran pahala disediakan Allah pada hari itu melainkan apabila kuda yang ditungganginya itu terbunuh dan darahnya keluar (dia cedera atau mati syahid).

l Disyariatkan kepada umat Islam yang berkemampuan untuk melakukan amalan korban pada Hari Raya Haji dan hari-hari Tasyriq yang berikutnya iaitu pada hari ke-11, 12 dan 13 Zulhijjah. Ia adalah sunah Nabi Allah Ibrahim selepas Allah mengujinya dengan perintah menyembelih anaknya, Nabi Ismail tetapi diganti dengan seekor haiwan (kibasy) untuk disembelih.

l Setiap Muslim hendaklah menunaikan solat Aidiladha berjemaah dan mendengar khutbah supaya mendapat pengajaran daripadanya. Sepatutnya setiap Muslim mengetahui hikmah di sebalik perayaan ini yang menyatakan kesyukuran melakukan kebaikan di samping menjauhkan diri daripada melakukan perkara mendatangkan kemurkaan Allah, seperti mengerjakan maksiat, menyombong diri, bertengkar, bermasam muka yang boleh menjadi sebab kepada terhapusnya amalan kebaikan.

Begitulah di antara kelebihan dan keistimewaan yang terhampar sepanjang Zulhijjah untuk direbut oleh setiap Muslim yang bertakwa. Mudah-mudahan setiap Muslim bersungguh-sungguh menjejaki keampunan Ilahi dan rahmat-Nya dengan menjunjung segala titah dan perintah Ilahi dan menjauhi segala larangan-Nya.

source: http://www.myqalam.net/

 


Design by: Blogger XML Skins | Distributed by: Blogger Templates | Sponsored by Application Monitoring