Sahabat, mungkin kita pernah merasakan kesunyian melanda sanubari. Yang ketika hal itu terjadi, kita merasa diri kita ini amat hampa, ada yang seakan hilang entah kemana atau pergi mengembara jauh ke sana. Hati terasa begitu tersiksa sehingga di malam hari pun kita selalu terjaga.
Sahabat, bila hal itu terjadi tatkala kita merasa tidak seorang pun yang dapat memahami kita, tidak ada tempat untuk berbagi cerita, berbagi duka, dan berbagi rasa. Hidup akan terasa semakin tersiksa hingga tak lagi bermakna.
Sahabat, bila itu yang kita rasakan. Mungkin ada yang selama ini kita lupakan. Bahwa ketika kita sadar dari mimpi dan tertegun dalam kesunyian, disaat itu sebenarnya Allah ada. Ia selalu memantau dan menemani kita dengan kasih sayang yang begitu dalam. Ia akan selalu mengiringi tidur kita yang sepi dan menjaga diri kita yang lemah ini.
Namun, hal itu hanya bisa terjadi bila kita mau meyakini bahwa Allah itu benar adanya dan tentunya namaNya tertera dalam hati kita. Dengan kata lain, kita mau mengimani dan mencintaiNya dengan sepenuh jiwa.
Pernahkah kita menyadari hal itu?
Betapa Allah telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah kepada kita. Allah telah membuat hati yang muram menjadi bersahaja, yang suram menjadi bercahaya, yang lugu menjadi dewasa, dan yang kerdil menjadi raksasa. Sepertinya kita tidak boleh larut dalam kesedihan, karena boleh jadi Allah menganugerahkan rasa sepi dalam hati kita untuk menguji betapa kuat cinta kita. Sehingga dengan sepi itu kita mampu lebih khusyu' mendekatiNya.
Sahabat, disaat seperti itulah, kita harusnya melakukan perenungan yang lebih panjang dan mendalam untuk berkaca dan mengamati apa yang ada di hati kita. Adakalanya hati kita tidak sanggup lagi menahan duka kesepian itu, sehingga jiwa merasa pedih dan sedih. Dan kita terpaksa harus membiarkan air mata mengalir membasahi pipi kita. Bila itu yang terjadi, maka biarkanlah! Berikan kesempatan bagi hati untuk menangis, membebaskan kegelisahannya, mengungkapkan keluh kesahnya, dan mengeluarkan beban yang begitu berat ditanggungnya.
Namun niatkanlah tangis itu untuk Allah semata, niatkanlah tangis itu untuk mengadu padaNya, sebagai tanda bahwa kita sayang dan bergantung padaNya. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, "Allah memberikan kita air dengan hujan dan menebarnya di tujuh samudera, sementara ia hanya meminta beberapa tetes dari air mata kita dan itupun kita masih saja enggan memberikannya."
Sahabat, tidak ada yang sia-sia dari setiap takdir yang telah Allah tentukan bagi umatNya, selalu ada manfaat dalam ciptaanNya, selalu ada kemudahan setelah kesulitan, dan selalu ada balasan setelah penghitungan. Segalanya telah diatur sesuai kadar kemampuannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita mau bersungguh-sungguh menjadikan semua itu sebagai proses pembelajaran guna meningkatkan potensi diri atau hanya berpangku tangan menunggu keajaiban datang. Jangan mimpi di siang hari, sahabatku!
Sahabat, ada baiknya kita ucapkan saja selamat tinggal duka, pupuskan semua rasa kecewa, angankan kembali cita-cita, besarkan hati dan pertebal rasa percaya diri serta bersungguh-sungguh berusaha dan berdo'a. Insya Allah kesuksesan telah menanti. Jadi untuk apa bersedih? Raih kebahagiaanmu sekarang juga!
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya orang mukmin itu adalah orang yang luar biasa. Seluruh perkara dalam hidupnya bernilai positif baginya. Ketika mendapatkan kemudahan maka dia bersyukur. Sesungguhnya itu baik (positif) baginya. Dan ketika mendapatkan kesulitan maka dia akan bersabar dan itupun baik (positif) baginya."
Penulis : Wawan Irawan
Beranda @ KotaSantri.com
source: http://ainnurhuda.multiply.com/journal/item/25
No comments:
Post a Comment