Sunday, November 29, 2009

Tips menjaga Iman

Berikut ini sejumlah tips praktis harian untuk memelihara grafik besar
iman untuk terus meningkat.

1. Kata Terakhir dan Kata Pertama. Pastikan bahwa " ALlah " adalah kata
terakhir yang terucap sebelum Anda terlelap, begitu juga kata yang pertama
terucap saat Anda terbangun. Mudah-mudahan cara ini akan mendorong Anda
untuk mengisi waktu diantara kedua saat itu dengan sebanyak mungkin
mengingat Dia.

2. Bangun Malam Hari. Hal pertama berwudhulah, dan shalatlah di malam hari
sendirian. " Umar ibn Khatab (semoga Allah meridhainya) selalu minta
disediakan secawan air di sebelah tempat tidurnya. Begitu terbangun,
tangannya di basahinya dan di usapkannya kewajahnya, langsung bangkit
berwudhu dan shalat.

3. BUkalah AL-Qur'an di tengah malam. Bacalah pelan-pelan di malam hari
sendirian, baca terjemahannya, resapi maknanya karena itu disampaikan
Allah khusus untuk Anda.

4. Bangunkan orang lain. Sebelum subuh bangunkan anggota keluarga Anda
yang lain dengan lemahlembut untuk melakukan hal yang sama dengan Anda.

5. Shalat Subuh berjama'ah. Bagi laki-laki shalat subuh di masjid
hampir-hampir wajib. Sampai Rasulullah berkata, untuk orang munafiq,
shalat berjama'ah di masjid yang paling berat adalah 'isya dan shubuh. Ada
saja alasan untuk menghindarinya. Bagi perempuan, shalat berjama'ah di
rumah pun baik.

6. Bacakan ayat dan hadist. Pilihlah satu ayat Al-Qur'an dan satu hadist
Rasulullah kepada orang-orang di rumah Anda sebagai hadiah di pagi hari.
Jadikan ayat dan hadist itu bahan obrolan pertama Anda sebelum berbincang
tentang hal lain.

7. Baca sirah Nabi. Usahakan membaca satu atau dua halaman sirah
Rasulullah di pagi hari untuk menambah kecintaan dan keshidiqan kita
kepada Muhammad Nabiyullah yang namanya kita sebut dalam syahadat Ke
Islaman kita.

8. Sebelum keluar rumah. Jangan lewati pintu rumah untuk berangkat bekerja
atau menuntut ilmu urusan lainnya, sebelum menyatakan tawakal kita hanya
kepada Allah dalam segala urusan. Ucapakan Bismillahittawakaltu'ala ALlahi
Laa Hawla wa laa quwwata illa billahi... Dengan nama Allah aku bertwakal
(menggantungkan semua urusannku) hanya kepada Allah, tidak ada kemampuan
kecuali dengan izin Allah.

9. Mendengar AL-Qur'an. Usahakan tetap mendengar lantunan Al-Qur'an
kemanapun Anda pergi hari ini, baik dari alat elektronik yang bisa Anda
setel, atau dari senandung Anda sendiri dari hafalan maupun bacaan anda.

10. 24 Jam doa. Ucapkanlah berbagai macam doa sehari - hari (mulai dari
doa masuk kamar kecil sampai doa berkendaraan) yang di ajarkan Rasulullah,
dengan niat hanya kepada Allah. Semakin kita tergantung hanya kepada
Allah. Semakin kita tergantung hanya kepada Allah dalam segala urusan,
semakin independen kita dari pengaruh manusia lain, siapapun dia, stinggi
apapun jabatannya tehadap kita, sebanyak apapun hartanya di bandingkan
dengan diri kita. Begitu Allah melihat bukti bahwa kita hanya bergantung
kepada-Nya, PASTI Dia akan mengangkat derajat kita di hadapan manusia
lain, dan memudahkan semua urusan kita.

11. Kegiatan Utamaku shalat. Aturlah Agenda harian Anda berdasarkan rotasi
5 waktu shalat. Rancanglah semua agenda kerja dan kegiatan sedemikian
rupa, yang membuat Anda sudah berada di tempat menunaikan shalat dalam
keadaan berwudhu minimal 15 menit sebelum adzan berkumandang. Rasakan
berkah demi berkah akan di limpahkan kepada Anda.

12. Wudhu Sempurna. Peliharalah wudhu Anda selama mungkin. Berwudhulah
dengan sempurna. PerhatikanLlah air yang menetes dari kulit wajah
danbagian - bagian tubug Anda, saksikan dosa-dosa Anda bercucuran besama
air itu.

13. Shalat terakhir. Laksanakan shalat seakan - akan itu shalat Anda yang
terakhir. Hadapkan tubuh anda lurus-lurus ke arah Ka'bah Baitullah.
Tundukkan jiwa Anda di hadapan Allah Pencipta dan Pemelihara Hidup Anda.
Ejalah satu demi satu bacaan shalat dengan kerendahan hati dan kehinaan
diri di hadapan Allah.

14. Berpuasa. Lakukanlah puasa sunnah sebanyak mungkin, karena orang yang
berpuasa doanya langsung di kabulkan Allah. Sedangkan doa adalah senjata
utama orang Mu'min.

15. Berinfaq dan bershadaqah. Apapun bentuk harta yang Anda miliki, itu
sepenuhnya hak Allah. Gunakan harta itu sesuai kehendak pemiliknya yang
sejati. Perbanyak Shadaqah dan berinfaq untuk menunjukkan kepada Allah,
bahwa harta yang ada pada kita sama sekali tidak mengganggu kesadaran
kita, " Bahwa ini semua milik Engkau ya Allah ".

16. Bersahabat. Bergaul dan bersahabatlah sebanyak dan sesering mungkin
dengan sesama orang yang memiliki iman. Dahulukan iman, ibadah, ilmu dan
amal shalih sebagai kriteria kita memilih atau tidak memilihnya menjadi
teman apalagi shabat karib. Bila bergaul dengan orang yang masih lemah
iman, atau bahkana kafir, pasanglah niat yang kuat, bahwa Anda bergaul
dengannya dengan tujuan membagi kelezatan iman yang sudah kita rasakan.
Kalau ditawari yang lezat-lezat dia menolak, ya tak usah buang - buang
waktu menjadi temannya. Karena kata Nabi, di akhirat kita akan di
hidupkan bersama dengan teman kita semasa hidup. Wallaahu a'lam
bishshawwab.

"sumber : majalah Alia"

source: http://ippmassi.4umer.com/islam-explorer-f19/tip-menjaga-iman-t506.htm

Tuesday, November 3, 2009

Memelihara kesucian hati sebagai penerima hidayah

Tajdid Iman:Oleh Dr Juanda Jaya

MENGINGATI mati boleh menghidupkan hati, menyuntik semangat untuk beramal lebih baik daripada kelmarin, menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah seterusnya menggugah hati untuk sentiasa bertaubat.
Membaca al-Quran, solat dan mengingati mati asas ummah capai ketenangan hidup

PENYAKIT berbahaya sehingga boleh menyuramkan masa depan seseorang ialah tekanan perasaan yang berpunca daripada hati sakit.
Seorang guru yang tertekan boleh bersikap kejam dan melampau dalam mendisiplinkan murid atau mungkin membiarkan mereka tanpa kawalan dan pengajaran.
Seorang pegawai yang seharusnya melaksanakan amanah dengan dedikasi apabila diserang penyakit hati akan mengambil kesempatan lari daripada tanggungjawab dan menangguhkan kerja sehingga menjejaskan jabatannya.
Seorang pemimpin di rumah atau di tengah masyarakat jika tidak bersih hati akan rosaklah apa yang dipimpinnya dan terabai amanah. Seorang isteri yang tercemar hatinya suka menyusahkan suami, mengabaikan anak dan mendedahkan diri kepada dosa dan maksiat.

Seorang yang sembahyang, puasa dan sedekah dengan hati yang berpaling daripada Allah, hatinya akan mati, kotor dan menyimpan penyakit serta sudah tentu ibadahnya tidak memberi kesan kepada keperibadiannya.
Pertanyaan paling mahal dan bernilai bagi seorang Mukmin ialah: “Apakah aku sudah kehilangan hati suciku hari ini? Mengapa? Kerana hati menjadi asas segala sesuatu yang bernama sebuah kehidupan.
Hidup ini tidak akan bermakna tanpa hati yang hidup.

Jika hati mati maka semua amalan yang dilakukan akan menjadi tempang, kerja mengejar dunia akan mengaburi pandangan ke akhirat dan ibadat pula hilang kemanisannya.
Fokus utama hati hanya akan terarah untuk memenuhi kehendak nafsu, padahal ia diciptakan untuk sentiasa memandang keagungan Tuhannya, menerima hidayah dan kemudian mengawal semua gerak kerja seluruh anggota badan semata-mata untuk keredaan Allah.
Namun demikian, hati juga diciptakan dengan ciri sensitif seperti mudah terpengaruh oleh persekitaran, mudah berubah, berbolak-balik, kadang tersesat dan kadang terpimpin.
Adalah menjadi tugas seorang Mukmin menjaga hatinya, merawat dan menghidupkan semangat iman di dalam hati.
Sahabat Rasulullah pernah menerima teguran langsung melalui wahyu-Nya, supaya mereka sentiasa mengurus hati dengan penjagaan baik agar ia dapat berfungsi dengan sempurna sebagai ejen penerima hidayah Allah.
Menurut pendapat Abdullah ibn Mas’ud, Allah menegur mereka pada saat mereka baru empat tahun memeluk Islam. Dengan firman-Nya yang bermaksud:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingati Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalu masa yang panjang atas mereka
lalu hati mereka menjadi keras dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (Surah al-Hadid ayat: 16)
Apabila hati dibiarkan tanpa penjagaan, lama-kelamaan ia menjadi keras lalu membentuk benteng kukuh yang tidak dapat ditembusi cahaya hidayah Allah.
Terkunci mati dan menjadi sarang kejahilan dan kejahatan. Jika demikian keadaannya maka yang menjadi raja di dalam hati ialah iblis dan nafsu syahwat.
Hasilnya semua amal dan kerja berorientasi pada kemahuan keduanya. Kalau keadaan sebegini dibiarkan sepanjang masa, boleh jadi seseorang akan kehilangan hatinya.
Pernahkah anda melihat manusia yang tidak memiliki hati? Orang yang langsung tidak mahu mendengar apa kata hatinya akibat nurani bersih hasil limpahan ilham daripada Allah sudah tiada lagi. Kerana dia sendiri sudah meleburkan hatinya bersama kegelapan tanpa mahu menerima cahaya Ilahi.
Pada hakikatnya, cahaya menyinari hati bersumber pada tiga pancaran, iaitu cahaya al-Quran, sembahyang dan mengingati mati.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Imam Al-Ghazali, beliau berkata: “Carilah hatimu di tiga tempat. Pertama ketika membaca al-Quran, kedua ketika sembahyang dan ketiga ketika engkau mengingati mati. Jika pada tiga tempat itu kamu tidak menemukan hatimu maka mohonlah kepada Allah agar Ia memberimu hati kerana sesungguhnya kamu ketika itu tidak memiliki hati.”

Cahaya hati pertama – membaca al-Quran.
Kejayaan seseorang bergantung pada usahanya mengenal Allah, dan tiada jalan yang paling dekat untuk mengenal Allah selain mempelajari al-Quran.
Dunia hanya boleh direbut dengan kekuatan daripada Allah, tanpa bergantung kepada-Nya manusia tidak akan mendapat apa yang diimpikan.
Kejayaan itu ialah sejauh mana seseorang mengikat dirinya dengan Allah dengan ikatan kuat. Maka al-Quranlah yang menjadi ikatan antara hamba dengan Allah Taala. Melaluinya seseorang pandai memilih yang hak daripada batil, dia mengetahui jalan terang dan mengikuti petunjuk al-Quran. Meneroka dunia dan mengurus diri dan masyarakatnya melalui bimbingan wahyu.
Dia lahir menjadi manusia jujur, kuat bekerja dan memiliki misi yang jelas dalam hidupnya kerana diniatkan segala pekerjaannya itu sebagai ibadah kepada Allah.
Kalaupun seseorang itu malas, miskin dan suka menyusahkan orang lain punca pertama penyakitnya ialah kerana dia jahil, jauh daripada bimbingan al-Quran dan tidak mengenal Allah dengan lebih dekat.
Begitu pula kalau ada orang kaya dan berpangkat tetapi sengsara hatinya punca utama keadaan itu ialah jauhnya ia daripada Allah, merasa asing dengan ayat-ayatnya dan membiarkan diri terus menerus dalam kekeringan ilmu.
Kejayaan atau kegagalan itu bermula daripada usaha mengurus hati, mengenal Allah lewat kalam-Nya suci.

Cahaya hati kedua – mendirikan sembahyang.
Siapakah yang mahu berjaya dalam perniagaan; yang bercita-cita kariernya sentiasa naik ke puncak; mengimpikan pasangan hidupnya setia dan jujur; berharap anak-anak dan keluarga menjadi penyejuk matanya dan mahu sentiasa bergembira dan bahagia?
Semua itu hanya dapat dirasai dengan pertolongan Allah, yang memberi manfaat dan mudarat, membahagi dan mencabut rezeki bagi manusia, memberi petunjuk dan menyesatkan, mengatur segala urusan makhluk.
Siapa yang bergantung kepada selain Allah dia tidak akan mendapat faedah daripada pergantungannya itu.
Ibnu al-Qayyim Rahimahullah pernah berkata: “Ketika manusia bergantung kepada dunia, gantungkanlah dirimu hanya kepada Allah. Ketika manusia bergembira kerana dunia, jadikanlah dirimu bergembira kerana Allah.
Ketika manusia mencari bahagia dengan kekasih mereka, carilah bahagia dengan mencintai Allah dan ketika manusia pergi menghadap raja dan pembesar mereka pergilah menuntut hajatmu hanya kepada Allah.”
Sesungguhnya ibadah yang menghampirkan manusia kepada Allah dengan sedekat-dekatnya adalah sujud, permintaan tidak akan ditolak adalah doa ikhlas dan proses pembersihan dosa dilakukan terus menerus adalah sembahyang.
Apakah kejayaan seseorang itu bergantung kepada kualiti sembahyangnya? Mengapa tidak, jika sembahyangnya itu melahirkan akhlak yang mahmudah.
Sembahyang yang didirikan dengan sempurna syarat, rukun dan khusyuknya boleh diumpamakan stesen minyak yang bertugas mengisi kekosongan pada tangki kereta agar dapat meneruskan perjalanan hingga sampai ke destinasi yang dituju dengan selamat.’
Sembahyang adalah energi yang diperlukan untuk menghadapi perjalanan hidup mencabar.
Sembahyang berkualiti adalah yang boleh melahirkan jiwa yang reda sekali gus kuat berikhtiar semata-mata mahu berlumba-lumba melakukan amal salih dan membina kehidupan di dunia.
Namun demikian, dunia tidak akan memperdayakan orang khusyuk hatinya serta menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada Allah.
Sembahyang juga menjaga seseorang daripada ancaman perhiasan dunia yang melekakan, dan menjadi salah satu cara kita mengingati diri supaya pandai merancang hidup yang selamat di dunia sampai ke akhirat.

Cahaya hati ketiga – mengingati mati.
Antara tanda kebijaksanaan orang Mukmin ialah pandai merancang masa depan.
Bukan hanya pandai melipatgandakan harta dan membina istana tetapi jauh pandangannya hingga menembusi alam akhirat.
Pernahkah anda merancang bagaimana menghabiskan masa muda dan melewati masa tua dengan ketinggian ilmu dan persediaan amal, akhirnya merancang untuk mati dengan tenang?
Mengingati mati boleh menghidupkan hati, menyuntik semangat untuk beramal lebih baik daripada kelmarin, menumbuhkan rasa takut dan harap kepada Allah seterusnya menggugah hati untuk sentiasa bertaubat.
Jika ramai manusia berlumba-lumba menghadiri pesta keriangan, memenuhi pasar dan mengunjungi tempat peranginan yang indah, tidak salah jika kita menjadikan ziarah kubur sebagai kegiatan rutin yang boleh mengingatkan diri kepada kematian.
Sebagaimana yang dilakukan Baginda Rasulullah lazim menziarah kubur dan mendoakan kaum Muslimin tidak kira siang ataupun malam.
Dengan membaca al-Quran, menunaikan solat dan sentiasa mengingati mati seorang Mukmin melakukan penjagaan yang rapi terhadap hatinya.
Bagaimanakah pula keadaan orang yang tidak memiliki ketiga-tiga cahaya hati ini?
Mungkin hidupnya begitu hampa, jika kaya pasti merana, miskin pula mungkin lebih terseksa, jika jahil tersesat, kalau alim ilmunya pula tidak bermanfaat.
wallahua'lam..
 


Design by: Blogger XML Skins | Distributed by: Blogger Templates | Sponsored by Application Monitoring