Friday, May 22, 2009

...

Thursday, May 21, 2009

Musibah ujian tentukan tahap nilai diri umat

Nurjeehan reflects: Orang yang beriman itu apabila ia mendapat nikmat-nikmat dari Allah, ia malah semakin bersyukur & merendah diri kerana menyedari hakikat kehidupan di dunia ini yang tidak kekal & fana. Ia sentiasa merasa kerdilnya diri & insaf bahawa Allah Yang Maha Memberi juga Maha Berkuasa mengambil kurniaan-Nya pada bila-bila masa yang Dia kehendaki. Kemudian pula jika ia ditimpa musibah, orang-orang mukmin itu tetap saja bersyukur, tunduk & sujud kepada Penciptanya kerana menyedari akan hakikat kehidupan di akhirat. Bersederhana dan kekal tawaduk, itulah bahagia yang membahagiakan diri (bahkan mungkin orang-orang disekeliling kita) - dalam apa jua suasana. Insya Allah.

~BH 19-May-09


APABILA seseorang itu tiba-tiba mendapat kesusahan, kegagalan dalam perkara tertentu atau ditimpa musibah berat dalam kehidupan, mereka menganggap Allah sudah tidak sayangkan mereka. Lebih jauh daripada itu, ada berani mengatakan Allah telah berlaku zalim kerana diberikan kesusahan.Anggapan demikian tidak benar. Mereka tidak sepatutnya berprasangka tidak baik terhadap Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah sekali-kali menganiaya atau berlaku zalim kepada hamba-Nya.


Allah sentiasa bersifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Allah tetap memberi kurnia dan rahmat-Nya kepada semua umat Nabi Muhammad SAW. Firman Allah yang bermaksud:


“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (Surah Yunus, ayat 44)


Firman Allah lagi yang bermaksud:

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang pun walaupun sebesar zarah.” (Surah An-Nisa’, ayat 40)


Sebenarnya jika ada kepayahan dan kegagalan berdepan dengan sesuatu perkara yang mungkin membuat kita kecewa dan putus asa, itu adalah pengajaran. Ada sesuatu yang perlu kita renungkan dan sekali gus pelajari daripada kepayahan atau kegagalan itu kerana pasti ada hikmah di sebaliknya.


Menurut Jaddal Atiff dalam tulisannya, hikmah adalah sesuatu yang tersirat di sebalik tersurat. Hikmah dikurniakan sebagai hadiah paling besar dengan satu ujian. Hikmah hanya dapat ditempa oleh didikan langsung daripada Allah melalui ujian-Nya.


Sehubungan itu, bagi orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif kerana Allah sentiasa mempunyai maksud baik di sebaliknya. Malah dalam keadaan seorang hamba itu berdosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya sebagai satu pengampunan. Sementara dalam keadaan taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan darjat.


Musibah tidak datang begitu saja tanpa ujian. Allah menurunkan musibah (besar atau kecil) untuk menguji hamba-Nya sejauh mana mereka tabah, sabar dan reda.


Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ada ujian untuk kesabaran, ujian untuk bersyukur, ujian untuk memberi petunjuk, ujian sebagai hukuman, ujian sebagai cubaan, ujian untuk memajukan diri dan ujian supaya mendapat pahala. Siapa yang tidak merasakan ujian atau musibah, maka dia tidak mengetahui tahap nilai dirinya.


Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami adanya orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami) dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita keadaan kamu.” (Surah Muhammad, ayat 31)


Pernah suatu hari, Saad bin Abi Waqash berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang paling berat cubaannya? Rasul menjawab: Para nabi, kemudian yang seperti mereka dan yang seperti mereka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya bagus di dalam lubuk hatinya, maka dia akan menjadi orang yang berat ujiannya, dan jika dalam agamanya agak tipis, maka sesuai dengan itu pula ujiannya. Begitulah ujian hidup, ia akan terus bersama seorang hamba, sehingga ketika ujian itu pergi meninggalkannya, maka dia bebas berjalan di muka bumi ini tanpa ada kesalahan lagi.” (Hadis riwayat Tirmizi)


Sementara itu, Anas meriwayatkan: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah berfirman: “Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua benda yang paling dia sayangi, lalu dia bersabar menghadapinya, maka Aku akan menggantikan keduanya dengan syurga. Yang dimaksudkan dua benda itu adalah kedua matanya.” (Hadis riwayat Bukhari)


Jelaslah Allah menimpakan musibah kepada seseorang anak Adam itu ada hikmah dan ujian-Nya. Justeru itu sesiapa yang ditimpa musibah hendaklah sabar menghadapinya.

Firman Allah yang bermaksud:

“(Sebenarnya) apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal dan sesungguhnya Kami membalas orang sabar dengan memberikan pahala lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (Surah An-Nahl, ayat 96)


Oleh itu, apabila berhadapan ujian, jangan buruk sangka sebaliknya hadapinya dengan reda serta keyakinan bahawa selepas kesusahan itu akan ada kemudahan menanti.


Source: http://nurjeehan.hadithuna.com/musibah-ujian-tentukan-tahap-nilai-diri-umat/#more-2505



Sunday, May 17, 2009

Jadikan sabar dan solat sebagai penolongmu..



“Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah: 45-46)

Ibnu Katsir menjelaskan satu prinsip dan kaidah dalam memahami Al-Qur’an berdasarkan ayat ini bahwa meskipun ayat ini bersifat khusus ditujukan kepada Bani Israel karena konteks ayat sebelum dan sesudahnya ditujukan kepada mereka, namun secara esensi bersifat umum ditujukan untuk mereka dan selain mereka. Bahkan setiap ayat Al-Qur’an, langsung atau tidak langsung sesungguhnya lebih diarahkan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya mereka yang mau dan siap menerima pelajaran dan petunjuk apapun dari Kitabullah. Maka peristiwa yang diceritakan Allah Taala tentang Bani Israel, terkandung di dalamnya perintah agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami mereka. Begitulah kaidah dalam setiap ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa mengambil bagian dari setiap ayat Allah swt. “Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi La Bikhusus sabab” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami Al-Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya”.Perintah dalam ayat di atas sekaligus merupakan penyelesaian agar umat secara kolektif dapat mengatasi dengan baik segala kesulitan dan masalah yang datang silih berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mendepankan sikap sabar dan menjaga solat dengan istiqamah. Kedua hal ini merupakan saranan meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan. Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila menghadapi suatu persoalan, beliau segera mengerjakan solat“.Huzaifah bin Yaman menuturkan, “Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya menemui Rasulullah saw, sementara beliau sedang solat seraya menutup tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau akan mengerjakan solat". Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan Rasulullah saw pada perang Badar, “Pada malam berlangsungnya perang Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau solat dan berdo’a sampai pagi“.Dalam riwayat Ibnu Jarir dijelaskan bagaimana pemahaman sekaligus pengamalan sahabat Rasulullah saw terhadap ayat ini. Diriwayatkan bahwa ketika Ibnu Abbas melakukan perjalanan, kemudian sampailah berita tentang kematian saudaranya Qatsum, ia langsung menghentikan kenderaanya dan segera mengerjakan solat dua raka’at dengan melamakan duduk. Kemudian ia bangkit dan menuju kenderaannya sambil membaca, “Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’“.Secara khusus untuk orang-orang yang beriman, perintah menjadikan sabar dan solat sebagai penolong ditempatkan dalam rangkaian perintah zikir dan syukur.



“Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan
bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah swt senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar“. (Al-Baqarah: 152-153).

Dalam kaitan dengan zikir, menjadikan sabar dan solat sebagai penolong adalah zikir. Siapa yang berzikir atau mengingat Allah dengan sabar, maka Allah akan mengingatnya dengan rahmat.Masih dalam konteks orang yang beriman, sikap sabar yang harus selalu diwujudkan adalah dalam rangka menjalankan perintah-perintah Allah Taala, kerana beban berat yang ditanggungnya akan terasa ringan jika diiringi dengan sabar dan solat. Ibnul Qayyim mengkategorikan sabar dalam rangka menjalankan perintah Allah Taala termasuk sabar yang paling tinggi nilainya dibandingkan dengan sabar dalam menghadapi musibah dan persoalan hidup.Syekh Sa’id Hawa menjelaskan dalam tafsirnya, Asas fit Tafasir kenapa sabar dan solat sangat tepat untuk dijadikan sarana meminta pertolongan kepada Allah Taala. Beliau mengungkapkan bahwa sabar dapat mendatangkan berbagai kebaikan, sedangkan solat dapat mencegah dari berbagai perilaku keji dan munkar, disamping juga solat dapat memberi ketenangan dan kedamaian hati. Keduanya (sabar dan solat) digandingkan dalam kedua ayat tersebut dan tidak dipisahkan, kerana sabar tidak sempurna tanpa solat, demikian juga solat tidak sempurna tanpa diiringi dengan kesabaran. Mengerjakan solat dengan sempurna menuntut kesabaran dan kesabaran dapat terlihat dalam solat seseorang.Lebih terperinci, syekh Sa’id Hawa menjelaskan saranan lain yang terkait dengan sabar dan solat yang dapat dijadikan penolong. Puasa termasuk ke dalam perintah meminta tolong dengan kesabaran karena puasa adalah separuh dari kesabaran. Sedangkan membaca Al-Fatihah dan doa termasuk ke dalam perintah untuk meminta tolong dengan solat karena Al-Fatihah itu merupakan sebahagian dari solat, begitu juga dengan do’a.Memohon pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafazkan dalam setiap solat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“. Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga solat yang berkualiti. Disinilah solat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.Esensi sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua hal: Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun terasa berat bagi jiwa dan raga. Kedua, sabar karena Allah atas apa yang dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan keinginan hawa nafsu. Siapa yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang yang sabar yang Insya Allah akan mendapat tempat terhormat.Betapa kita sangat menginginkan limpahan pertolongan Allah dalam setiap aktiviti dan persoalan kehidupan kita. Adalah sangat tepat jika secara bersama-sama kita dapat mengamalkan petunjuk Allah dalam ayat di atas agar permohonan kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya segera menjadi realiti. Amin..


Wednesday, May 13, 2009

Pada-Mu ku bersujud: a song...

Ku menatap dalam kelam
tiada yang bisa kulihat
selain hanya namaMu, ya Allah
Esok ataukah nanti
ampuni semua salahku
lindungi aku dari segala fitnah

Kau tempatku meminta
Kau beriku bahagia
jadikan aku selamanya
hambaMu yang selalu bertaubat
Ampuniku ya Allah
yang sering melupakanMu, saat Kau limpahkan karuniaMu
dalam sunyi aku bersujud

Esok ataukah nanti
ampuni semua salah ku
lindungi aku dari segala fitnah
Kau tempatku meminta
Kau beriku bahagia
jadikan aku selamanya
hambaMu yang selalu bertaubat
Ampuniku ya Allah
yang sering melupakanMu
saat Kau limpahkan karuniaMu
dalam sunyi aku bersujud
Kau tempatku meminta
Kau beriku bahagia
jadikan aku selamanya
hambaMu yang selalu bertaubat
Ampuniku ya Allah
yang sering melupakanMu, saat Kau limpahkan karuniaMu
dalam sunyi aku bersujud padaMu

Tuesday, May 12, 2009

Pada-Mu ku bersujud: a beautiful, inspiring poem...

a poem from one of my favorite blogger, nurjeehan.hadithuna.com :
Duhai Yang Maha Mencinta,
Dalam lelah walau payah
Tetes airmataku tak pernah sirna
Dalam pekat malam hanya pada-Mu aku meminta

Bagaimana bisa ku raih pandangan lembut-Mu
Sedang aku musafir fakir yang tidak punya - hanya noda
Tapi bagaimana pula harus aku pantas jemu
Padahal jiwaku dalam genggaman-Mu jua..

Biar raja-raja menutup pintu istana
Kekasih lama menyepi
Di hadapan-Mu aku tetap berdiri
Tiada tempat di dunia ini untuk ku berlari

Wahai Allah Tuhanku,
Aku berdoa pada-Mu dengan lisan harapanku
Ketika tubuhku kekadang letih dan kelu
Jangan pernah Kau tinggalkan aku...
-Nurjeehan 
 Wangsa Maju, 16 Jamadilawal 1430
and, i m sharing this poem in my blog with a sincere hope that it will inspire the feeling of taqwa & servanthood to Allah that lies somewhere, in the deepest soul of me & you :)

Monday, May 11, 2009

Jangan-Mudah-Marah! ;)

Saturday, May 9, 2009

Rahsia Cinta Agung..

Roh semulajadi manusia ingin disayangi dan menyayangi, ingin dikasihi dan mengasihi serta ingin dicintai dan mencintai. Perasaan sayang manusia tiada terhad sesama insan semata tetapi meliputi semua makhluk sama ada yang bernyawa sayang pula diberi hanya sesama manusia, tidak kepada benda. 

Ini yang membezakan di antara 'sayang' dengan 'kasih sayang'. Manakala perasaan cinta pula walaupun tidak salah diberikan sesama makhluk tetapi cinta paling agung hanya layak diberikan untuk Tuhan. 

Menyintai atau ingin dicintai oleh manusia bukanlah kemuncak cinta atau cinta agung, kerana cinta sesama manusia tidak kekal. Paling lama sekadar tempoh masa kita masih hidup. Bahkan sering berlaku dalam sebahagian perjalanan usia kita lagi, iaitu sebelum kita mati, cinta itu telah pudar atau terungkai sama sekali. Cinta yang diagung-agungkan dan dipuja-puja itu hancur berkecai. 

Di sini barulah kita sedar bahawa cinta kepada makhluk atau cinta daripada makhluk bukanlah cinta yang hakiki atau sejati. Itu hanya cinta sementara waktu. Kita sahaja yang menyangka cinta itu sejati dan sampai ke hujung. Rupa-rupanya dalam perjalanan umur, cinta kita kepada orang lain atau cinta orang lain kepada kita, dengan sendirinya dia ataupun kita sendiri yang mengungkainya semula atas sebab-sebab yang berrnacam-macam. 

Oleh kerana itulah, mencintai makhluk selalu mengecewakan kita sekalipun bukan satu kesalahan. Jadi jangan meminta, menagih atau mengharapkan sangat untuk mencintai manusia atau dicintai oleh manusia walaupun is tidak salah. Cinta itu tidak abadi. 

Sebaliknya berilah dan terimalah cinta yang kekal abadi. Itulah cinta agung namanya. Iaitu cintakan Allah yang Maha Agung. Inilah cinta yang hakiki, yang sejati, yang kekal abadi dan membawa kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di Akhirat. 

Cintakan Allah ini tiada tandingan dan bandingannya. Cinta ini jika berjaya diperolehi adalah cinta yang paling memuaskan dan menenangkan. Buahnya paling menghiburkan dan paling membahagiakan. Tetapi malangnya cinta yang hakiki dan agung ini jarang orang ambil perhatian. Jarang orang memburunya seperti cinta-cinta murahan yang lain. Mungkin daripada jutaan manusia, hanya seorang yang memburunya. 

Kalau seseorang itu telah mencintai Allah, walaupun seluruh makhluk memusuhinya atau membencinya, namun dia tetap mendapat kebahagiaan dan ketenangan. Sebalikriya cinta kepada makhluk tidak akan membawa manusia kepada kebahagiaan sejati dan kekal abadi, selagi cinta hakiki lagi agung daripada Allah itu tidak dimiliki. Sebab itulah orang yang beriman dengan Allah dan mentaatiNya sentiasa tenang walaupun di dalam kesusahan dan ujian. 

Oleh yang demikian, kalau kita tidak dapat memiliki cinta daripada manusia, usahlah bersedih hati kerana cinta itu tidak abadi. Pun tidak hakiki dan sejati. Kalau begitu, cari dan burulah cinta yang agung, iaitu Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Beruntungnya sesiapa yang menjadikan Tuhan sebagai cinta agungnya. 

Sesiapa yang menjadikan Tuhan sebagai cinta agungnya, amat beruntunglah hidupnya di dunia dan Akhirat. Di antara keuntungan yang diperolehinya ialah: 

1. Tiada kecewa 

Seseorang itu tidak akan kecewa dalam percintaannya merebut cinta agung. Seandainya semua makhluk di bumi dan langit berlumba-lumba merebut cinta Tuhan, tidak ada siapa yang akan kecewa bahkan Maha Kuasanya Tuhan dapat membalas cinta semua makhluk-makhlukNya serentak dari yang sekecil-kecilnya hinggalah yang sebesar-besarnya. Tiada siapa yang akan kecundang dan kecewa dalam perebutan mencari cinta agung. 

2. Tiada saingan 

Tidak akan berlaku saingan, pertarungan, permusuhan atau peperangan dalam mencari cinta Tuhan. Sebaliknya dalam perebutan mencari cinta dunia sama ada cinta manusia, biasanya akan berakhir dengan permusuhan dan akan ada yang kecewa dan menderita. 

3. Mendapat ketenangan dan kebahagiaan 

Mendapat cinta Tuhan akan membuahkan ketenangan, kedamaian, keamanan dan kebahagiaan yang hakiki. Jiwa lapang, hati senang dan tenang. Bahkan kesengsaraan, kesakitan atau penderitaaan dalarn usaha meraih cinta agung itu pun sudah merupakan sebahagian daripada kebahagiaan. Kadangkala hati resah, cemas dan bimbang apakah cintanya terhadap Tuhan itu berbalas. Dalam keresahan cemas dan bimbang itu terubat pula dengan keyakinan bahawa Tuhan itu Maha Luas RahmatNya. Maka di situ pula bertambah lagi ketenangan. Sesekali terasa diri lemah, dhaif dan lalai, tertebus pula dengan pengaduan serta bermanja-manja dengan Allah SWT yang Maha Pengasih. Bertambah pula mendalamnya rasa kehambaan. Sebaliknya merebut cinta dunia akan menimbulkan keresahan dan tiada ketenangan di jiwa. Walaupun dunia yang dicintai itu sudah ada di tangan, namun fikiran masih kusut. 

Mereka yang gagal mendapat dunia yang dicintai dan diburunya itu pula sudah ramai yang sakit jiwa dan berputus asa. Bahkan ada yang sanggup bunuh diri kerana kecewa dalam percintaan yang tidak kekal itu. 

4. Dapat kawan dan perpaduan 

Bersama-sama mencari Tuhan membawa manusia berukhuwah dan berkawan. Walaupun manusia itu dari berlainan latar belakang, bangsa, pangkat, kedudukan malah jika pernah menjadi musuh sekalipun, namun di dalam perjuangan merebut cinta Tuhan, secara automatik setiap hati manusia itu akan terikat satu sama lain. Kerana masing-masing sedang dalam perlumbaan mencari cinta yang satu iaitu cinta yang hakiki. Sebaliknya pertarungan dalam merebut cinta dunia akan mengakibatkan ukhuwah dan persahabatan makin jauh dan terbarai. Akhirnya akan membawa kepada pecah belah dan permusuhan. 

5. Menghilangkan mazmumah 

Mencari cinta Tuhan dapat membantu menghilangkan mazmumah. Mazmumah adalah sifatsifat keji yang terdapat dalam diri manusia seperti hasad, dengki, sombong, ego, tamak, gila dunia dan lain-lain. Mazmumah dapat merosakkan segala kebahagiaan dan ketenangan di dalam jiwa seseorang insan. Perlumbaan mencari cinta Tuhan adalah salah satu proses paling berkesan dalam usaha seseorang manusia meruntuhkan mazmumah di dalam jiwa. 

Sebaliknya, merebut cinta dunia akan menebalkan mazmumah. Hasad dengki pasti akan berlaku dan ia bagaikan siraman baja yang menyuburkan lagi pohon mazmumah dalam diri manusia. 

6. Disenangi oleh orang 

Mengejar cinta Tuhan orang akan suka dan rasa senang. Tiada siapa yang akan rasa tercabar atau tergugat dalan pertarungan merebut cinta Tuhan Orang yang berusaha merebut cinta agung akan disenangi semua makhluk. Manusia senang dan sayang padanya dan para malikat juga turut mendoakannya Kerana makin ramai yang merebut mencintai Tuhan, semakin mendorong kepada tercetusnya keamanan, ketenangan dan kebahagiaan. 
Sebaliknya di dalam sesuatu pertarungan atau perebutan lebih-lebih lagi perebutan cinta dunia, ramai yang tidak senang dan makin dibenci orang. Semakin sengit perebutan dunia, makin bertambahlah huru-hara dan porak-peranda hidup. 

7. Tidak akan kesepian atau keseorangan 

Memburu cinta Tuhan tidak akan keseorangan dan kesepian. Biarpun tiada kawan bersama, kita tidak akan rasa kesunyian dan ketakutan kerana Tuhan yang menjadi cinta agung sentiasa ada bersama. Malah Tuhan bukan sekadar boleh memerhati, bahkan boleh menjaga dan melindungi kita. Malah di waktu kita tidur, di kala kekasih yang paling hampir dan paling kita cintai pun tidak mampu untuk menjaga kita. Tuhan boleh menjaga dan mengawal kita kerana Dia tidak tidur. 

Meletakkan cinta dan harap pada Tuhan akan membuatkan hati sentiasa rasa tenang dan selamat kerana kita tahu bahawa kita berada di dalam kawalan dan penjagaan satu Zat yang Maha Agung lagi Berkuasa. Sebaliknya, manusia yang menyandarkan diri kepada cinta selain Tuhan, belum tentu makhluk yang dicintainya itu dapat mendampinginya sepanjang masa lebih-lebih lagi menjadi pelindungnya setiap masa. 

8. Jalannya luas dan selamat. 

Mengejar cinta Tuhan jalannya luas, lapang, selamat dan menyelamatkan, manakala mengejar cinta dunia jalannya sempit, himpit-menghimpit serta memudharatkan. Begitulah beruntungnya sesiapa yang menjadikan Tuhan cinta agungnya dan malang sekali bagi sesiapa yang memburu cinta selain Tuhan. 

Memburu cinta selain Tuhan dua kali malang 

Masa berjalan begitu laju. Tidak pernah berhenti walau sedetik. Ertinya begitu laju umur kita meningkat, setiap detik umur kita meninggalkan kita. Setiap detik umur kita berkurang. Tetapi hakikat ini jarang kita rasai. Setiap detik, kita makin jauh meninggalkan dunia dan setiap detik jugalah kita makin dekat menghampiri Akhirat. Kalaulah kita cintakan dunia, maka apa yang kita cintai itu makin hail makin jauh terpisah dari kita. Sedangkan Tuhan yang tidak pernah kita cinta makin dekat dengan kita. Alangkah malang dan terseksanya jiwa terpaksa meninggalkan apa yang kita suka dan cinta. Bertambah malang dan terseksa lagi apabila kita akan berhadapan dengan Tuhan yang tidak pernah kita cinta sepanjang hayat kita. Ertinya kita pergi ke Akhirat, mengadap Tuhan tanpa membawa apa-apa. Yang kita cinta hendak ditinggalkan, manakala yang tidak kita cinta, akan berhadapan dengan kita. Maka kita akan berhadapan dengan dua kali penderitaan, iaitu meninggalkan yang kita cinta, hendak bertemu Tuhan yang tidak kita cinta.< 
Roda umur kita makin laju ke hadapan. Dunia yang kita cinta makin jauh kita tinggalkan sedangkan Tuhan yang sepatutnya kita cinta masih jauh dari kita. Aduh, malang sekali nasib kita di sana, negara yang kekal abadi. Kenapa Tuhan perlu dijadikan cinta agung? Setiap makhluk perlu menjadikan Tuhan sebagai cinta agungnya kerana terialu banyak nikmat dan kasih sayang yang Allah limpahkan kepada makhlukNya. Kasih sayang Allah pada makhlukNya boleh dilihat dari dua sudut. Pertama dari sudut ilmu dan kedua dari sudut realiti yang berlaku dalam kehidupan seharian. 

i. Dari sudut ilmu 
Banyak ayat Quran dan Hadis yang memperlihatkan kasih sayang Allah pada hamba-Nya. Di atas kasih sayang Tuhan itu, wajarlah seorang hamba itu meletakkan cinta agungnya hanya kepada-Nya. 

ii. Di sudut realitinya 
Dalam realiti kehidupan manusia, kita wajib meletakkan cinta agung kepada Tuhan yang Maha Agung supaya dengan itu kita akan mendapat ketenangan yang agung di dunia dan Akhirat. Ini kerana: 

a) Allah itulah Tuhan yang mencipta dan menghidupkan kita serta menjadikan seluruh isi dunia ini untuk kita gunakan, cuma jangan sampai menyalahgunakannya. 

b) Dia jugalah Tuhan yang menjadikan Akhirat sebagai tempat tinggal kita yang abadi selepas mati. Dan jika kita ber 
iman dengan-Nya, menyembah dan mentaati-Nya serta berbuat balk seperti yang Dia kehendaki; bukan seperti yang kita kehendaki, maka kita akan ditempatkan di dalam Syurga yang nikmatnya tidak dapat kita bayangkan di dunia ini. Tetapi kalau berlaku sebaliknya, maka azab NerakaNya pula yang akan ditimpakan kepada kita yang mana tidak dapat digambarkan penderitaannya. Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari azab yang dahsyat dan pedih ini. 

c) Allah jualah yang menciptakan suami untuk berhibur, isteri untuk bersenang-senang dan anak-anak sebagai cahaya mata penyejuk hati. Kalau begitu mengapa kita tidak mencintai Allah, Tuhan yang mengurniakan kita suami, isteri dan anak-anak itu? 

d) Sewaktu kita diuji oleh kesakitan maka Allahlah yang menyembuhkan. Diberi kelegaan daripada kesakitan yang kita alami. Dikurniakan ketenangan dan kesabaran ketika berhadapar dengan kesakitan dan kesusahan. Disembuhkan selepas sakit bukankah merupakan satu nikmat Tuhan yang wajib disyukuri? 

e) Allah jualah yang memberi rezeki yang tidak terhingga banyaknya yang mana dengan itulah kita dapat makan, minum, berpakaian dan lain-lain. Maka dengan itu selamatlah kita dari lapar, dahaga, telanjang dan sebagainya. 

f) Kalau ada masalah atau ujian hidup, kepada Allahlah kita minta penyelesaian. Setiap hamba merasakan dia mempunyai tempat untuk mengadu dan berharap. Ada satu zat yang Maha Agung yang mana setiap hamba boleh menyandarkan segala harapan pada-Nya. Harapan itu pun sudah cukup melegakan. Itu pun sudah memadai untuk menjadikan kita manusia yang tidak berputus asa dan kecewa, harapan ini akan mengurangkan tekanan jiwa. 

g) Allah menjadikan manusia sebaik-baik makhluk. Lebih mulia dan sempurna dari haiwan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Malah manusia yang bertaqwa lebih mulia dari para malaikat. Manusia dikurniakan akal fikiran yang mana dengannya manusia dapat ilmu dan mampu menguasai makhluk lain walau sebesar dan sekuat mana pun makhluk itu. 

h) Allah jugalah yang menggilirkan malam dan slang agar manusia dapat berehat dan bekerja sesuai dengan fitrah semulajadi manusia. 

Cukuplah sekadar itu senarai nikmat-nikmat yang besar yang kita terima dari Tuhan. Sebenarnya banyak lagi nikmat Allah pada kita yang kita tidak mampu kita hitung, seperti firman Allah:"Jika kamu ingin menghitung nikmat Allah, nescaya kamu tidak akan dapat menghitungnya." 

Berdasarkan hujah-hujah di atas maka sewajarnyalah kita mencintai Allah iaitu dengan cara beriman dan menyembahNya sepertimana yang Dia mahu, bukan sepertimana yang kita mahu. Seterusnya mentaati perintah dan menjauhi laranganNya. 

Oleh kerana begitu besar dan agungnya Tuhan dalam hidup kita maka dalam kita berbuat apa sahaja, biarlah bersama Tuhan. Sertakan Tuhan dalam kehidupan, bawalah rasa bertuhan ke mana-mana. Jadikan Tuhan segala-galanya dalam hidup, modal hidup mati kita, aset yang kekal abadi. Mencari Tuhan akan memberi keuntungan dan kebahagiaan kepada kita. Meninggalkan Tuhan, kita akan kecundang. Tuhan adalah harta yang bukan harta yang sangat diperlukan. Selain Tuhan adalah harta yang tidak memberi jaminan. Jika kita memiliki Tuhan hakikatnya kita memiliki segalagalanya manakala kehilangan Tuhan pula adalah kehilangan segala-galanya. 

Menjadikan Tuhan sebagai cinta agung adalah jaminan kebahagiaan dan keselamatan hidup dunia dan Akhirat 

Cinta Yang Hakiki...

Tuesday, May 5, 2009

answers (to a muslim's F.A.Qs in life)

Kenapa aku diuji?

"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan "kami telah beriman" sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
(Al-Ankabut: 2-3)

Kenapa aku tak dapat apa yg aku idam-idamkan?

"...boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
(Al-Baqarah: 216)

Kenapa ujian seberat ini?

"Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(Al-Baqarah: 286)

Kecewa?

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya, jika kamu orang-orang yang beriman."
(Ali-Imran: 139)

Bagaimana harus aku menghadapinya?

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara kebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah- daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan)."
(Ali-Imran: 200)

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk."
(Al-Baqarah: 45)

Apa yang aku dapat daripada semua ini?

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.."
(At-Taubah: 111)

Kepada siapa aku berharap?

"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain daripadaNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal."
(At-Taubah: 129)

Macam mana aku nak bertahan?

"...dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir."
(Yusuf: 87)

*source:
http://khairolkhalid.blogspot.com/2005/12/penenang-jiwa.html

wallahualam..

Saturday, May 2, 2009

Penyakit jiwa binasakan batin, peribadi manusia

Oleh Mohd Adid Ab Rahman

Hati perlu bersih daripada sifat mazmumah dengan hayati ajaran al-Quran. MANUSIA yang waras sering berdepan dengan pelbagai persoalan dalam kehidupan, sama ada ringan atau berat. Sesungguhnya keadaan itu sudah menjadi lumrah hidup seorang manusia. Masalah itu mungkin saja kerana banyak melakukan dosa, kezaliman, kehilangan sesuatu yang disayangi, ditimpa kerugian dalam perniagaan dan sebagainya. Akibatnya manusia mengalami gangguan jiwa seperti resah, gelisah, dukacita, putus asa, ketakutan, kemarahan, kebencian, suka termenung dan tidak lena tidur serta menyalahkan takdir Ilahi. Semua itu memberi kesan hidup tidak selesa dan jiwa tidak bahagia atau tenang. Ada sebilangan besar masyarakat meleraikan kekusutan jiwa tanpa pertimbangan akal sihat dan panduan agama. Contoh bersukaria, menikmati muzik, berkaraoke, menari, mengambil ubat penenang, mengambil dadah, minum arak bahkan ada yang sanggup membunuh diri. Ketenteraman yang diperoleh cara demikian sesungguhnya tak lebih hanyalah bersifat sementara dan sekadar anggapan belaka.

Bagi orang beriman, walau sebesar mana persoalan hidup yang melanda pasti akan dihadapi dengan sabar, tabah dan jiwa yang tenang. Lantaran, dengan memiliki ketenangan jiwa menyebabkan seseorang itu dapat menjalani kehidupan dengan teratur dan sewajarnya mengikut kehendak syariat Islam serta mampu beribadat dengan sempurna, melaksanakan tanggungjawabnya terhadap keluarga atau masyarakat. Kesimpulannya segala tindak-tanduk yang dilakukan mengikut rentak jiwa. Hal ini pernah disentuh Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya bermaksud:

"Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada seketul daging, jika baik daging itu, baiklah manusia. Jika jahat daging itu maka jahatlah manusia. Ketahuilah itulah hati" (HR Bukhari dan Muslim).

Bagi meraih ketenangan hakiki, perlu seseorang itu mengamalkan cara yang ditunjukkan oleh agama. Sesungguhnya berpegang kukuh kepada agama sangat penting lantaran menjadikan seseorang itu selalu berada dalam keadaan tenang. Kita sangat tertarik dengan ungkapan Ahli Falsafah dan Psikologi Amerika Syarikat, William James, yang berkata "Iman, adalah ubat paling mujarab dalam menyembuhkan tekanan. Antara kita dan Tuhan ada hubungan yang tidak terputus. Jika kita meletakkan diri di bawah naungan kekuasaan Tuhan dan berserah diri kepada-Nya, semua harapan dan angan-angan kita akan wujud. Pada masa sama, gelombang kesulitan hidup dan tekanan kehidupan tidak akan mampu menggoyahkan ketenangan dan kestabilan jiwa manusia yang memiliki iman kepada Tuhan".

Pendapat beliau selari dengan pandangan Dr Yusof Al-Qardhawi dalam bukunya Al-Iman Walayah yang menyebut, "Ilmu, kesihatan, kepuasan nafsu, kekuatan, harta kekayaan tidak dapat menjana kebahagiaan. Hanya iman kepada Allah, hari akhirat dapat menjana kebahagiaan dan ketenangan" Begitulah yang diajarkan Islam bahawa seseorang yang berpegang dengan agama secara benar bermakna selalu ingat kepada Allah SWT dalam pelbagai kesempatan atau peluang baik duduk, berdiri mahu pun berbaring, yang akhirnya membuahkan ketenangan jiwa. Allah SWT berfirman yang bermaksud:

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram" (Surah Ar-Ra'd: 28)

Dalam ayat lain kita menemui penjelasan Allah mengenai orang yang benar-benar beriman tetap memperoleh keamanan dan ketenteraman.

"Orang-orang yang beriman dari tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk" (Surah al-An'am: 82)

Kita juga perlu yakin dengan pertolongan Allah. Sebab seperti yang kita ketahui bahawa dalam usaha untuk mendapatkan sesuatu yang diimpikan sering kali terpaksa menghadapi masalah dan rintangan. Ini semua boleh menimbulkan rasa putus asa, takut dan kebimbangan. Bila ada keyakinan bahawa Allah akan menolong orang beriman (baik orang-orang terdahulu, sekarang dan akan datang) yang bersungguh-sungguh berusaha dan berjuang, menyebabkan jiwa menjadi lapang dan tenteram.

Firman Allah SWT bermaksud:
"Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai khabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram kerananya dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Surah Al-Anfal: 10) .
Senada dengan itu di lain ayat Allah menjelaskan:

"Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu kerana-Nya dan kemenanganmu itu hanyalah daripada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surah Ali Imran: 126)

Islam juga mengajar kita agar selalu bersyukur kepada Allah. Nikmat yang Allah anugerah kepada kita amatlah banyak sehingga tidak terhitung jumlahnya. Kendatipun nikmat atau rezeki itu kecil, tetap diterima dengan penuh reda dan kesyukuran menyebabkan jiwa sentiasa lapang. Selanjutnya dia yakin bahawa Allah akan menambah nikmat itu sebagaimana dapat kita fahami daripada kenyataan al-Quran yang bermaksud:

"...Demi sesungguhnya jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambah nikmat-Ku kepadamu, demi sesungguhnya jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azab-Ku amatlah keras" (Surah Ibrahim: 71)

Namun jika tidak ingin bersyukur, tatkala mendapat rezeki sedikit pasti akan terus menjadi resah, memberontak, putus asa dan dengki terhadap orang yang mendapat rezeki lebih daripadanya. Hal ini boleh kita lihat ayat suci yang bermaksud:

"Dan Allah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Kerana itu Allah merasakan kepada mereka pakaian (meliputi tubuh badan mereka), kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat" (Surah An-Nahl: 162)

Sesungguhnya apabila jiwa tidak tenang bermakna jiwa sudah dihinggapi penyakit yang pasti akan membinasakan keperibadian seseorang itu. Lantaran penyakit itu mencerminkan hanya keburukan saja sebagaimana dijelaskan Dr Hamzah Ya'qub dalam bukunya Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin, bahawa sifat buruk dan merosak dalam batin manusia yang mengganggu kebahagiaan, merintangi peribadi daripada memperoleh keredaan Allah dan sikap mental yang cenderung mendorong peribadi melakukan perbuatan buruk dan merosak" Seandainya penyakit jiwa menguasai diri mengakibatkan ghairah beramal jadi melemah, semangat untuk maju dalam kebaikan terpadam, malas untuk bekerja, lalai mengingat Allah, sukar menerima kebenaran dan tumpul daya fikir Allah SWT menjelaskan:

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." ( Surah Al-Hajj: 46)

Oleh yang demikian, sebagai seorang Islam yang mahukan kebahagiaan dan ketenangan sebenarnya dan berpanjangan, hendaklah sepanjang hidupnya membersihkan hati daripada sifat mazmumah dengan cara menghayati ajaran al-Quran dalam kehidupan serta meneladani keperibadian Rasulullah secara istiqamah. Dengan itu, orang Islam akan jadi lebih terpuji, produktif dan cemerlang.

source: http://www.bharian.com.my/Current_News/BH/Friday/Agama/20090430230304/Article/

 


Design by: Blogger XML Skins | Distributed by: Blogger Templates | Sponsored by Application Monitoring